Triwulan III BBM Naik
JAMBI – Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diprediksikan bakal terjadi Minggu ketiga bulan Juni ini, akan berdampak ke ekonomi Jambi. Selain akan terjadi inflasi (kenaikan harga, red), tentu juga ke sektor lain.
‘’Dampak yang paling perlu kita waspadai yakni terjadinya stagnasi pertumbuhan,’’ ungkap pengamat ekonomi, Dr Pantun Bukit, kepada koran ini, kemarin.
Pemerintah katanya, jangan sampai terlambat mengantisipasi hal itu. Apalagi target pertumbuhan tahun 2013 ini masih dikisaran, 7,3 – 7,5 persen.
‘’Dampak kenaikan harga tersebut harus diantisipasi. Sektor andalan kita, yakni Migas, Batubara, dan Perkebunan, juga harganya masih turun,’’ tuturnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik juga merelease, pertumbuhan ekonomi 2012 turun dibandingkan tahun 2011. Dari data yang berhasil harian ini himpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, penurunanya hingga 1, 30 persen.
Pada tahun 2011 lalu, diketahui berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi mencapai 8, 54 persen. Sementara pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Jambi hanya mencapai 7, 44 persen. Kepala BPS Provinsi Jambi, Yos Rusdiansyah mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan, harus ada sinergitas antara pemerintah daerah.
\"Pertumbuhan ini perlu sinerji dan harus punya target yang harus dicapai. Sehingga, itu bisa menjadi patokan untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik dan semakin tinggi setiap tahunnya,\" katanya belum lama ini.
Disebutkannya, angka PDRB atau income per kapita mengalami peningkatan dari 11, 697 juta pada 2007 menjadi 22, 283 juta 2012. Namun, katanya, pertumbuhan ekonomi sejak 2007 hingga 2012 memang meningkat. Akan tetapi, menurut dia, ada kesenjangan pendapatan antara kelompok menengah ke atas dan kelompok menengah ke bawah.
Sementara itu, Pantun Bukit, pengamat ekonomi Jambi saat dimintai komentarnya mengatakan, turunnya pertumbuhan ekonomi itu disebabkan turunnya kontribusi dari sektor andalan. \"Pertumbuhan ekonomi Jambi itu turun kan akibat kontribusi sektor pertambangan yang menurun. Pada 2011 kan bagus kontribusinya. 2012 kegiatan ekploitasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi ikut menurun,\" katanya.
Dikatakannya, jika pemerintah hanya mengandalkan sektor pertambangan, itu sangat riskan. Pasalnya, pertambangan juga berdampak tak baik bagi lingkungan. Dia mengatakan, jika pertumbuhan ekonomi tinggi, namun angka inflasi juga tinggi sama saja dengan tak ada gunanya.
Disebutkannya, inflasi meningkat disebabkan oleh daya beli yang menurun. Dia mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen termasuk tinggi. \"Di angka 5 sampai 6 persen saja bisa dikatakan tinggi. Namun kalau pertumbuhan ekonomi 5 persen, idealnya angka inflasi itu 2 persen,\" ujarnya.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Jambi 7, 44 persen di 2012. Namun, katanya, angka inflasi cukup tinggi. Yakni mencapai 5 persen. \"Itu tak ada gunanya. Pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi juga tinggi. \"Yang perlu dipikirkan itu saat ini industri hilir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jambi. Kan sektor hilir kita bisa dikatakan tak ada,\" jelasnya.
\"Kalau industri hilir ada, penyerapan tenaga kerja juga meningkat. Karena industri butuh tenaga kerja. Jadi semua akan terdampak. Termasuk pengangguran,\" tambahnya.
Dia menjelaskan, selama ini, inflasi menjadi momok yang menakutkan. Bahkan, inflasi Jambi bisa dikatakan tertinggi se Sumatera. Walau beberapa tahun terakhir inflasi Jambi cenderung membaik.
Untuk mengatasi ini, perlu ada langkah yang harus dilakukan. Selama ini, penyumbang inflasi terbesar adalah bahan makanan. Seperti, cabai, daging, telur, sayuran dan beberapa komiditi lainnya. \"Maka ke depan kalau bisa diproduksi sendiri harus kita produksi sendiri. Petani dan peternak harus diberdayakan. Supaya menekan angka inflasi,\" jelasnya.
(wsn)