Selalu Telan Korban Jiwa, Tapi Jemaah Tetap Berdatangan

Senin 22-07-2013,00:00 WIB

                Menurut Edi, panitia telah menyiagakan 5 orang tenaga medis selama 24 jam secara bergantian. Satu diantaranya merupakan dokter dari Puskesmas Tunas Harapan yang selalu siap. Di awal mengikuti kegiatan ini, para panitia telah melakukan tes kesehatan calon jemaah suluk. Bagi kondisi kesehatannya buruk, tidak akan diizinkan mengikuti kegiatan tersebut.

‘’Petugas kesehatan kami siagakan. Selain itu, para guru (panitia, red) juga terus bersiaga di sekitar jemaah suluk untuk memantau kondisi kesehatan dan jalannya ibadah,\" kata Edi.

Dijelaskan Edi, mulai tahun ini, kegiatan suluk sudah dilakukan di tempat yang lebih layak setelah dibangun gedung baru. Secara prosedur menjaga kesehatan, mereka menyiapkan ruang dengan aliran udara yang lebih tersikulasi, kamar mandi atau toilet yang lebih banyak. Selain itu, asupan gizi bagi para jemaah juga tidak kalah penting. Kelompok petugas masak sangat memperhatikan asupan gizi yang disesuaikan dengan menu setiap harinya atau setiap berbuka dan sahur.

‘’Untuk jumlah peserta saat ini (571, red), setiap hari kami masak beras hingga 144 kg. Menunya harus menjadi asupan gizi yang cukup. Seperti hari ini (kemarin, red), kami sedang masak sop untuk berbuka nanti,\" ujar Ketua Kerja Masak, Yusnawati.

Edi juga memperlihatkan tiap sudut lokasi kegiatan suluk. Salah satunya lagi yakni sumber air bersih. Meski berada di bibir Sungai Tabarena, mereka tetap memanfaatkan air sumur. Sumur besar dengan kualitas air bagus dibanggakan oleh Edi. Perlu dipertegas, jemaah suluk menjalani hari-hari secara normal. Saat waktu mandi, semua jemaah secara bergiliran mandi di sejumlah kamar mandi yang tersedia.

‘’Kami di sini menjalankan kegiatan berserah kepada Allah SWT. Tidak ada yang berharap mati. Dalam menjalankannya, yang terpenting bagi kami kesehatan. Pasokan gizi, kegiatan suluk yang tertata, tim pemantau kesehatan, air dan lainnya sangat kami perhatikan. Jadi, kalaupun masih ada yang meninggal dunia dalam kegiatan ini, semua sudah menjadi takdir yang maha kuasa,\" jelas Edi.

 

Diikuti Peserta dari NTT

                Kegiatan zikir suluk tahun ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya juga diikuti peserta dari berbagai daerah. Tak hanya dari provinsi di Pulau Sumatera, tapi banyak juga jemaah dari pulau Jawa bahkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

                Salah seorang jemaah suluk, Mansur (25) mengaku berangkat dari NTT dua hari  sebelum pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1434 H. Mansur merupakan pembimbing ilmu tasawwuf Tarekat Naqsyabandiyah datang bersama rekannya Rusman (40) dan Iwan (35).

‘’Di daerah asal kami belum ada guru dan gedung untuk menyelenggarakan kegiatan Suluk. Sehingga harus mengajak 1 murid ke Desa Suka Datang ini, karena ini merupakan pusat ajarannya di Indonesia,\" ungkap Mansur.

Selain itu, Mansur juga mengaku telah 1 tahun mengikuti pengajian tersebut.

‘’Saya ini sebetulnya asli Aceh, namun telah menetap di NTT. Dua rekan saya asal Sulawesi yang telah menetap di NTT,\" sambungnya.

Mansur berharap, melalui pengajian ilmu tasawwuf Tarekat Naqsyabandiyah dapat mengajak masyarakat untuk tidak larut dengan kesibukan dunia dan mendekatkan diri dengan Allah lewat zikir dan amalan yang diajarkan.

‘’Kalau kita dekat dengan Allah, maka akan tercipta kedamaian di keluarga, masyarakat dan negara yang kita cintai ini,\" ujar Mansur.

 

Tags :
Kategori :

Terkait