JAKARTA - Pertumbuhan sektor transportasi, konstruksi, dan manufaktur memacu penjualan pelumas di Indonesia. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menyebutkan, omzet bisnis pelumas diperkirakan tembus Rp 7 triliun per tahun.
\"Tahun ini produksi mobil diperkirakan 1,2 juta unit. Pembangunan yang berbasis produksi dan konstruksi juga cukup banyak. Hal itu mengatrol omzet pelumas di Indonesia,\" terangnya saat ground breaking pabrik pelumas Shell di Jakarta kemarin. Saat ini, lanjut dia, di Indonesia ada sekitar 200 produsen pelumas. Sebagian besar pabrik pelumas tersebar di Jawa. Kapasitas terpasang industri pelumas sekitar 700 ribu kiloliter.
Melimpahnya produksi pelumas itu tidak hanya untuk pasar domestic, tapi juga ekspor. Beberapa negara tujuan ekspor pelumas Indonesia antara lain anggota ASEAN, Jepang, Korea Selatan, Timur Tengah, dan Uni Eropa. Sayangnya, tambah dia, industri pelumas di tanah air hanya sebatas formulasi dan pencampuran. Indonesia belum memiliki industri pelumas terintegrasi dari hulu ke hilir.
Bahan baku dan bahan aditif masih dipenuhi produk impor. Karena itu, dia menantang investor untuk menjawab terpenuhinya industri tersebut. Dia mengundang investor untuk menciptakan rantai pasok bahan bakar yang terintegrasi. Mulai memroduksi minyak sebagai bahan bakar dan minyak sebagai bahan dasar pelumas.
Salah satu investor yang diundang adalah perusahaan minyak dunia Royal
Dutch Shell. Saat ini, perusahaan asal Belanda itu membangun pabrik pelumas dengan kapasitas 120 ribu ton per tahun. Pabrik itu bakal dibangun di Marunda, Bekasi. Nilai investasi pabrik yang dibangun di atas lahan 7,5 hektare tersebut USD 150 juta-USD 200 juta (sekitar Rp 1,5 triliun-Rp 2 triliun). Rencananya, pembangunannya bakal diselesaikan dalam dua tahun.
\"Ini merupakan pabrik pelumas terbesar yang dibangun Shell. Saat ini masih berupa pabrik pencampuran. Tapi saya sedang mendiskusikan dengan pihak Shell agar mau membangun industri pelumas dari hulu ke hilir,\" tutur Hidayat.
Mark Gainsborough, executive vice president Shell Global Commercial, mengatakan selama ini produk Shell yang beredar di Indonesia diimpor dari Singapura dan Malaysia. Melihat pasar di Indonesia yang tumbuh pesat, pihaknya memutuskan membangun basis produksi pelumas di dalam negeri. \"Di Indonesia semakin banyak orang memiliki kendaraan. Industri juga semakin berkembang. Kami memandang Indonesia prospektif. Ini salah satu bentuk komitmen kami berinvestasi di Indonesia,\" ucapnya.
(uma/oki)