Sektor Konstruksi Rambah Asean

Jumat 23-08-2013,00:00 WIB

JAKARTA-Pelaku sektor konstruksi nasional dinilai mampu bersaing dalam kompetisi liberalisasi pasar Asia Tenggara yang merupakan wujud Asean Economic Community (AEC) di tahun 2015. Pasalnya sejak lama perusahaan konstruksi Indonesia telah berkiprah di negara tetangga.

\"Optimis, kita dapat memenangkan persaingan di lingkup Asean. Tidak perlu panik karena pada dasarnya Indonesia memiliki sumber daya yang memadai sekaligus pengalaman pelaku konstruksi nasional yang telah banyak berkiprah di berbagai negara, terutama wilayah Asean,\" ujar Kepala Badan Pembinaan Konstruksi, Hediyanto W. Husaini kemarin (22/8).

Ia menghimbau para pelaku kontruksi di Indonesia tidak takut menghadapi tantangan Asean Economic Community 2015. Mengingat, nantinya akan diberlakukan penyatuan arus barang dan jasa. Pelaku usaha konstruksi dari suatu negara bebas untuk masuk menawarkan jasanya di negara lain.\"Tidak perlu takut, kita pandang itu sebagai sebuah peluang yang justru bisa menguntungkan,\" tandasnya.

Pasalnya, sejumlah perusahaan konstruksi nasional saat ini telah banyak berkiprah di kawasan regional sehingga pengalaman untuk berkompetisi di negara lain tidak diragukan lagi.\"Saat ini pelaku konstruksi Indonesia tengah mengerjakan pembangunan pabrik precast di Myanmar untuk menyokong low cost housing di negara tersebut, terus ada juga pekerjaan konstruksi di Timor Leste.,\" ungkapnya.

Bahkan ia mengaku proyek-proyek konstruksi di kawasan regional sudah sejak lama dilakoni sejumlah perusahaan nasional. Sebut saja pada tahun 1990-an, sejumlah tenaga ahli konstruksi Indonesia dipercaya mengerjakan tol di Filipina dan Malaysia. \"Itu menunjukkan tenaga kerja terampil Indonesia sangat diminati di luar negeri karena kualitas pekerjaannya diakui terbaik dibanding tukang dari negara lain,\" lanjutnya.

Meski demikian Hediyanto mengingatkan untuk tetap bersiap menghadapi AEC 2015 yang sudah di depan mata. Yang paling penting adalah memperbaiki dan meningkatkan daya saing pelaku konstruksi agar siap dengan tantangan yang ada.\"Kompetisinya dengan perusahaan-perusahaan asing yang mungkin lebih berpengalaman. Tapi saya yakin ahli-ahli konstruksi kita juga sangat berpengalaman,\" tegasnya.

Pemerintah juga mendorong kerjasama dan fasilitasi pelaku konstruksi untuk berkiprah di luar negeri. Misalnya akan dilakukan kerjasama antara Badan Pembinaan Konstruksi, Lembaga Pengembangan Jasa Konstyruksi (LPJK), dan CIDB Malaysia untuk menyertifikasi tenaga kerja konstruksi. \"Sedangkan untuk pekerja konstruksi terampil, kita mempersiapkan program untuk mempermudah sertifikasi,\" lanjutnya.

Pihaknya menyadari bahwa pekerja terampil cenderung sulit meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti pelatihan sertifikasi, karenanya diusahakan sertifikasi dengan sistim jemput bola. Yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini adalah dengan Mobile Training Unit (MTU), utilitas kendaraan yang akan mendatangi tempat proyek diadakan.\"Sehingga mudah bagi pekerja terampil yang ingin memperoleh sertifikat,\" tandasnya.

Kedepan, pihaknya mendorong agar setiap provinsi memiliki MTU sesuai kebutuhan di daerahnya masing-masing. Menurut dia, harus ada sinergi bersama dari semua pihak yang terkait untuk menghadapi keterbukaan pasar Asean. Pasalnya hal itu terkait dengan regulasi, ketersediaan modal hingga perpajakan. \"Dibanding negara lain, masih ada beberapa kelemahan kita seperti lemahnya akses permodalan,\" jelasnya.

(wir)

Tags :
Kategori :

Terkait