Pemerintah Tanggung Biaya Ba\"dal Haji
MAKKAH-Jamaah hajiIndonesiayang mengalami gangguan kesehatan selama menjalankan rukun Islam kelima di Arab Saudi, terus bertambah. Baik yang harus rawat jalan, rawat inap, dan meninggal. Hingga Jumat (4/10), total yang menjalani rawat inap ada 578 jamaah. Jumlah yang wafat 34 orang.
Data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi (Siskohat) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah jamaah haji yang menjalani rawat inap terbanyak saat berada di Makkah. Yakni, ada 386 orang. Untuk di Madinah dan Jeddah berturut-turut 186 dan 6 jamaah. Begitu pula jamaah yang meninggal, paling banyak juga di Makkah, yaitu ada 20 orang.
Sebagian besar jamaah yang mengalami gangguan kesehatan adalah para jamaah risiko tinggi (risti). Mereka di antaranya para jamaah lanjut usia (lansia). Sesuai data Kemenag, jumlah jamaah lansia (usia 66-80 tahun) tahun ini ada sebanyak 33.712 orang atau 21,27 persen.
Mengacu musim haji tahun-tahun sebelumnya, angka itu bakal bertambah menjelang dan hari H puncak haji di Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina). Bahkan, kenaikannya cenderung drastis. Namun, peluang itu bisa diantisipasi.
Baik oleh petugas atau jamaah sendiri. Antisipasi jamaah, misalnya, dengan memperhatikan kondisi kesehatan. Di antaranya, rajin minum air karena kondisi cuaca Arab Saudi saat ini teramat panas, istirahat yang cukup hingga tidak terlalu stress.
Kasi Kesehatan Daker Makkah dr Subagyo SpP menyatakan, memang hampir 40 persen jamaahIndonesiatermasuk kelompok risti. Jamaah risti itu selain faktor lansia, juga riwayat medik jamaah bersangkutan.
Karena itu, pihaknya berharap para petugas medis terus intensif memberikan pelayanan terbaik. Baik tenaga medis di sektor, kloter, maupun BPHI.Parapasien juga diminta ada keterbukaan untuk memudahkan penanganan.
Menghadapi puncak haji pada 14 Oktober nanti, pihaknya juga mengimbau para jamaah untuk betul-betul menjaga kesehatan. Kata dia, jangan sampai memforsir ibadah-ibadah sunah seperti tawaf sunah berkali-kali, sementara yang wajib nantinya menjadi terganggu. Soal stok obat selama jamaah berada di Armina, sejauh ini tidak ada masalah.
“Kita juga berharap doa dari Tanah Air agar jamaah tetap diberikan kesehatan yang prima selama menjalani ibadah haji ini,” ungkapnya.
Jamaah yang masih menjalani rawat inap di BPHI maupun di RS Arab Saudi saat puncak haji, tetap akan diupayakan untuk bisa berhaji. Caranya, dengan melakukan safari wukuf.Parapasien yang masih memungkinkan akan diangkut menggunakan kendaraan khusus atau ambulans menuju ke Arafah.
Namun, mereka tidak mabit di Mina atau Muzdalifah. Mereka hanya sekitar satu jam di tanah Arafah untuk wukuf. Lalu, dibawa kembali ke RS atau BPHI untuk mendapat perawatan.
“Haji mereka sah karena ada udzur syar�i (berhalangan),” kata Ali Rochmad Zaini, Kabid Bimbingan dan Pembinaan Ibadah Kantor Urusan Haji Kemenag di Makkah kemarin.
Adapun jamaah yang meninggal, pemerintah juga akan menghajikan mereka. Caranya dengan mewakilkan ke orang lain (badal haji). Untuk ini, pemerintah sudah menggandeng para tenaga musiman (temus). Rata-rata mereka adalah mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Timur Tengah.Paratemus itulah yang akan menghajikan jamaah yang wafat sebelum berhaji.
“Biaya badal haji sudah ditanggung pemerintah. Karenanya, untuk keluarga jamaah yang meninggal, tidak perlu lagi mencari orang lain untuk menghajikan almarhum atau almarhumah,” kata Ali.