SURABAYA-Harga gula diprediksi masih melemah pada semester pertama tahun ini. Kini, harga hanya berada pada kisaran Rp 8.550-8.650 per kg. Harga yang tidak kunjung naik tersebut diduga karena stok yang melimpah, baik di gudang pabrik gula maupun di tingkat pedagang.
Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI Adig Suwandi mengatakan merujuk data Dewan Gula Indonesia per 31 Desember 2013, stok gula nasional sebanyak 1,24 juta ton. Stok tersebut lebih tinggi 34 persen dibandingkan pada sisa stok 2012 lalu yang hanya 914.000 ton. Bahkan stok dikatakan melimpah kalau memperhitungkan rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi.
\"Hasil audit tim independen beberapa waktu lalu yang menemukan sebanyak 110.799 ton. Jumlah tersebut bisa bertambah kalau temuan tersebut hanya sebatas yang terlacak. Artinya, stok lebih dari cukup dan tidak perlu tambahan yang berasal dari impor langsung maupun gula rafinasi yang diperlakukan sebagai gula konsumsi. Apalagi, harga gula lelang milik petani terus berjatuhan. Sekarang di kisaran Rp 8.550-8.650 per kg,\" urainya.
Di sisi lain, sebagaian besar PG di Jawa mulai produksi dan giling pada Mei 2014. Tidak hanya berasal dari tanaman tebu, tapi juga pengolahan gula kristal mentah atau raw sugar dalam rangka optimalisasi kapasitas pabrik gula sebanyak 180.000 ton. \"Dalam waktu dekat, yakni Februari nanti 2 pabrik gula di Sumatera Utara terlebih dulu melaksanakan giling. Disusul April terdapat enam pabrik gula di Lampung dan satu pabrik gula di Sumatera Selatan,\" jelas dia.
Terbentuknya harga gula lokal juga tidak terlepas dari pengaruh posisi Indonesia sebagai produsen sekaligus importir raw sugar. Harga gula untuk pengapalan Maret 2013 sebagaimana tercatat di Bursa Berjangka London hanya pada kisaran USD 405-USD 430 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium). \"Nah kalau tidak ada pengendalian impor, harga gula lokal bakal merosot hingga akhir tahun,\" kata Adig.
Sementara pemicu turunnya harga gula dunia sendiri adalah stok awal 2014 yang mencapai 43,00 juta ton. Atau meningkat 20 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 28,9 juta ton. Tapi sejalan dengan laju pertumbuhan produksi dibandingkan konsumsi global yang lebih rendah, diprediksi harga pada semester kedua tahun ini akan membaik. Produksi gula 2014 diestimasikan 174,8 juta ton atau turun dibandingkan tahun lalu 176,0 juta ton. Di sisi lain konsumsi melaju 2,34 persen menjadi 168,5 juta sehingga secara agregat akan mengurangi stok.
\"Terkait itu maka perlu kebijakan yang melindungi petani dan pabrik gula lokal. Diharapkan, pemerintah tidak membuat kebijakan peningkatan stok melalui impor . Selain itu, pencegahan rembesan gula rafinasi harus dilakukan secara serius, impor raw sugar tetap dikenakan bea masuk Rp 550 per kg, dan diterapkannya harga patokan petani minimal sepuluh persen di atas biaya pokok produksi secara rasional,\" urainya.
(res)