Diawal usahanya berjalan, ia mengaku tak memperoleh omset sama sekali. Namun setelah berjalan beberapa lama, barulah usahanya berbuah hasil yang lumayan. Dari usaha yang dijalankannya tersebut, setidaknya RP 15 juta perbulan masuk kekantong bapak 2 anak ini.
Pun untuk penyerapan tenaga kerja. Jika sebelumnya ia hanya bekerja sendiri dengan menjemput sampah kerumah-rumah, namun kini ia memiliki sekitar 15karyawan yang bekerja untuk membantunya menjalankan usaha tersebut.
Selama ini, pak haji masih mengirimkan sampah-sampah kumpulannya ke kota-kota besar yang memasok sampah dan barang bekas seperti Jakarta, Tangerang dan Surabaya untuk kemudian diolah menjadi barang-barang yang sering kita temui saat ini. Namun kedepannya, lelaki ini memiliki tekad untuk mendirikan pabrik daur ulang sampah di Jambi karena mempertimbangkan bahan baku yang melimpah dan lokasi yang dapat dikatakan strategis.
“Sekarang masih dalam tahap pemetaan dan persiapan.namun kedepannya semoga dapat terealisasi,” ujarnya.
Sehari-hari, lelaki ini kerap memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama kepada ibu-ibu komplek untuk pengelolaan sampah rumah tangga. Tak jarang sampah-sampah tersebut diolah menjadi barang-barang bermnfaat seperti sednal, tas dan lainnya sehingga memiliki nilai jual yan glebih tinggi. Untuk penyuluhanpun, lelaki ini siap dipanggil untuk mengisi acara seperti penyuluhan.
Kepada pemerintah lelaki ini mengharapkan adanya pergeseran pola pikir dan tata kelola mengenai penanganan sampah. Sosialisasi tentang pentingnya memilah sampah mulai dari rumah tangga bisa saja menjadi solusi untuk permasalahan lingkungan yang selama ini kerap dirasakan, terutama mengenai sampah. Sehingga penyuluhan terhadap pemilahan sampah kepada rumah tangga akan berdampak positif baik bagi lingkungan maupun bagi masyaraakt itu sendiri.
“Sampah itu bisa menjadi asset kalau dikeola dengan benar,” tutupnya. (*)