Melirik Bank Sampah ‘Barokah Bersama ala Haji Rizal
TAK selamanya sampah menjadi masalah. Di bank sampah Barokah Bersama milik Haji Rizal, sampah-sampah yang selama ini kerap ditemui dan dianggap sebagai pengganggu, dapat disulap menjadi lembaran rupiah
YUNITA SARI SEMBIRING
ISTILAH bank sampah mungkin sudah sering didengar dikalangan masyarakat. Namun tak begitu banyak orang yang mau menghiraukannya. Padahal jika melihat peluangnya, setiap orang dapat menyelamatkan lingkungan sekaligus menghasilkan uang dengan membawa sampah-sampah tersebut ke Bank Sampah. Salah satunya bank sampah Barokah Bersama milik Haji Rizal yang beralamat di jalan Sunan Bonang nomor 101 Sungai Sawang.
Fungsi bank sampah sendiri sebagai tempat penyimpanan uang hasil penjualan sampah. Masyarakat yang menjual sampahnya ke bank sampah uangnya akan dikumpulkan dan nantinya dapat ambil sewaktu-waktu. Atau kalau tak ingin mengambil dalam bentuk uang, Bank Sampah ini juga menyediakan barang-barang konsumsi seperti gula, kopi, pakaian yang dapat dibeli dengan uang hasil tabungan sampah.
“Pekerjaan ini memiliki multi efek. Sampah berkurang, awak dapat uang,” selorohnya kala ditemui, selasa (4/2).
Segala jenis sampah dapat dijual disini. Mulai dari sampah organik maupun sampah non organik. Namun fokusnya memang lebih ke pengumpulan sampah non organik seperti sampah plastik, kertas, kaleng dan macam-macam sampah yang dapat didaur ulang. Selain dapat membantu untuk mengurangi pencemaran lingkungan, sampah ini juga memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan daur ulang, dan tentunya memiliki nilai ekonomis cukup tinggi.
Setiap sampah yang dibawa ke bank sampah memiliki harga jual yang dapat dikatakan lumayan. Untuk kertas bekas saja, dihargai dengan kisaran mulai dari Rp 400 hingga Rp1.700 per kilonya. Sedangkan Sampah botol mulai dari RP 350 hingga RP 7000 per kilonya.
Bank sampah Barokah bersama memiliki jam operasional jam 7 hingga jam 17 setiap hari. Siapapun boleh menabung sampah ditempat ini. Syaratnya hanya memilah terlebih dahulu sampah sesuai jenisnya dan menyertakan foto copy KTP.
“Menabung itu ga cuma bisa pakai uang. Ga ada uang sampah pun bisa berubah jadi tabungan,” ujarnya.
Menilik ke belakang, Haji Rizal memulai usaha ini sudah dari 2009 silam. Ketika itu, lelaki yang sempat bekerja di salah satu perusahaan bonafit di jambi ini memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan banting stir untuk menerjunkan diri menjadi “tukang sampah”.
‘’Awalnya sih ga kepikiran. Tapi karena melihat peluang dan memiliki tekad dan visi yang kuat sehingga saya memutuskan untuk benar-benar menekuni usaha ini,” ujarnya.
Penolakanpun datang dari macam-macam kalangan. Mulai dari keluarga, tetangga dan juga orang-orang yang cukup mengenalnya. Tak jarang lelaki ini mengaku direndahkan karena pilihan profesinya tersebut. Namun karena memiliki visi yang kuat, ia pun menjalani usahanya tersebut dengan santai.
“Yang penting uang yang saya dapatkan itu barokah. Dan juga pekerjaan saya insyaallah bermanfaat,” tambahnya.