SURABAYA-Pemprov Jawa Timur meminta usaha kecil dan menengah menyiapkan diri menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economy Community pada 2015. Salah satunya dengan meningkatkan standardisasi.
Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan persaingan di tingkat global tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, usaha skala kecil dan menengah harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan standar. \"Kalau UKM bisa meningkatkan standardisasi, maka defisit dalam neraca transaksi berjalan bisa turun. Makanya, kami bekerja sama dengan Kadin Jatim bagaimana meningkatkan kualitas produk UKM,\" katanya saat membuka Rapat Pimpinan Provinsi Kadin Jatim kemarin (6/2).
Selain itu, struktur pasar dalam negeri juga harus melibatkan UKM. Soekarwo menyatakan sekarang Jatim menguasai 31 persen perdagangan dalam negeri. Diyakini keterlibatan UKM dapat meningkatkan peran jatim terhadap nasional. \"Saya yakin pada 2015 nanti sebanyak 50 persen pasar domestik dikuasai Jatim,\" lanjutnya.
Dia mengatakan, pengembangan industri smelter di Jatim juga mendorong keberadaan wirausahawan baru. Sebab tujuan dari adanya smelter juga untuk menekan persentase impor bahan baku dan bahan penolong yang mencapai 83 persen, sehingga bisa mendorong pertumbuhan industri kecil dan menengah.
\"Tapi ini harus diikuti komitmen perbankan untuk menyalurkan kredit untuk barang modal dan investasi,\" tuturnya. Dia mencontohkan dukungan yang dilakukan dalam hal pembiayaan seperti penyaluran dana melalui skema linkage dengan bunga murah. \"Silahkan perbankan lending untuk UKM,\" tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama Dirut Bank UMKM R Soeroso mengatakan sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit, loan deposit to ratio meningkat menjadi 88 persen. \"Dulu LDR kami di bawah 70 persen, sekarang sudah 88 persen dengan penyaluran kredit sebanyak Rp 1,4 triliun. Tahun ini target kami naik 20,5 persen atau sebesar Rp 1,5 triliun,\" katanya.
Dia optimistis penyaluran kredit pada tahun ini bisa sesuai dengan target. Sebab, jumlah UKM di Jatim juga bertambah, dari sebelumnya 4,2 juta pelaku usaha menjadi 6,8 juta pelaku usaha. \"Berarti wirausaha produktif naik dan tentu mereka memerlukan pembiayaan,\" imbuhnya. Saat ini jumlah kreditur mencapai 65.000-70.000 usaha.
Dia melanjutkan, belum ada rencana menaikkan suku bunga pinjaman pada tahun ini. Saat ini terendah suku bunga per bulan sekitar 0,5 persen. \"Kami masih lebih murah. Sedangkan kalau dari sisi persebaran sudah merata di seluruh Jatim. Jumlah kantor kami sudah 231 kantor,\" katanya.
(res)