Hujan, Pendukung Dahlan Mendominasi

Jumat 14-02-2014,00:00 WIB

Melihat Kegiatan Konvensi Partai Demokrat di Surabaya

 Hujan deras yang mengguyur Surabaya kemarin (13/2) tak menyurutkan semangat dan kemeriahan Debat Bernegara Calon Presiden (Capres) Konvensi Partai Demokrat di Grand City Surabaya. Para pendukung masing-masing peserta konvensi capres tetap berusaha unjuk kekuatan.

 

RATA_ rata menggunakan atribut kaus bergambar wajah capres masing-masing.  Yang tampak paling dominan adalah pendukung Dahlan Iskan yang berjumlah mencapai 6.000 orang. Tak hanya memakai atribut kaus atau baju putih, sebagian juga menggunakan baju bernuansa pelestarian lingkungan. Pendukung Dahlan lainnya juga berusaha menghibur massa yang berkumpul di halaman Grand City. Ada yang menyajikan tari reog Ponorogo, mengenakan kostum bernuansa bunga, hingga bergoyang bersama pendukung yang menggunakan kostum karakter. Di halaman yang penuh massa itu, Dahlan juga tampak antusias menyapa dan berfoto dengan para pendukungnya.

 Kemeriahan di halaman berlanjut ke convention hall Grand City Surabaya, tempat berlangsungnya acara debat. Bahkan, semua pihak menyebut pelaksanaan debat kali ini paling meriah jika dibandingkan dengan tiga seri sebelumnya. \"Antusiasme yang ditunjukkan para pendukung di Jawa Timur ini lebih terasa,\" kata Ketua Komite Konvensi Maftuh Basyuni  kemarin.

 Hal senada diungkapkan salah seorang peserta debat Anies Baswedan. Menurut dia, atmosfer Surabaya relatif lebih semarak. Apalagi, para pendukung capres memiliki gaya yang variatif, bahkan aksesorinya cenderung berbeda dan saling bersaing.

 Pelaksanaan debat kemarin juga dikemas secara efisien. Hanya ada satu sambutan singkat dari Waketum Partai Demokrat sekaligus Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan debat sesi pertama yang menampilkan enam kandidat. Mereka adalah Anies Baswedan, Jenderal TNI (purn) Pramono Edhie Wibowo, Jenderal TNI (purn) Endriartono Sutarto, Sinyo Harry Sarundajang, Gita Wirjawan, dan Hayono Isman.

 Terbiasa di dunia akademik tampaknya memberikan keuntungan tersendiri bagi Anies. Dia cukup mampu menjawab langsung to the point dan selesai tepat waktu. 

 Salah satu materi debat yang dilontarkan moderator adalah cara menyelesaikan konflik horizontal yang dalam kurun waktu dua tahun terjadi 351 kali. Pramono Edhie menjawab cukup dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sementara Sinyo Harry memandang bahwa akar semua konflik adalah tidak bagus dan meratanya ekonomi.

 Tema lain dalam debat sesi pertama adalah pelestarian budaya. Gita Wirjawan yang tampil cukup flamboyan langsung menunjukkan keberpihakan pada hak atas kekayaan intelektual (HaKI), terutama milik musisi. \"Bagaimana mau reog bisa dipamerkan ke London kalau masyarakat kita masih beli CD bajakan\" Artinya, tidak ada penghargaan untuk musisi dalam negeri,\" tuturnya.

 Bila menjadi presiden, Gita berjanji memberikan semacam insentif berupa tax holiday kepada para seniman. \"Biar mereka tidak perlu membayar pajak beberapa tahun, biar semakin berkembang,\" tegasnya. Jawaban tersebut langsung menuai serangan dari Anies. \"Saya garis bawahi bahwa seni itu bukan budaya. Seni adalah bagian dari budaya,\" kritiknya.

 Sementara itu, Hayono Isman menilai banyak sisi budaya yang mulai menghilang. \"Pakde Karwo (sapaan Soekarwo), saya juga sekalian nitip pesan kalau kesenian macapat mulai menghilang. Ini harus dilestarikan,\" ucapnya dari atas panggung kepada Gubernur Jatim Soekarwo. Dia juga berjanji mengubah kurikulum pendidikan yang ada sehingga bisa menumbuhkan karakter siswa yang berani.

Dahlan Berangkat dari  PWI

Dahlan Iskan adalah calon presiden yang tak melupakan asal muasalnya. Kemarin, sebelum berangkat ke arena debat bernegara, mantan bos Perusahaan Listrik Negara (PLN) itu lebih dulu mampir ke kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim. Dari markas para wartawan itulah, Dahlan diantarkan dengan long march ke Grand City dalam suasana rintik-rintik hujan.

                Di sana, puluhan wartawan senior dan para pengurus PWI Jatim telah menyambut Dahlan. Mereka duduk melingkar di ruang utama kantor. Dahlan yang datang, langsung disambut dengan yel-yel yang mendukungnya. Dahlan pun menyalami satu per satu para wartawan senior itu. Di antaranya Prof Dr Sam Abede Pareno, Ketua PWI Jatim Ahmad Munir, mantan Ketua PWI Dhiman Abror Djuraid dan sesepuh pers lainnya.

Tags :
Kategori :

Terkait