Harga Residesial Meningkat, Pembangunan Menurun

Jumat 14-02-2014,00:00 WIB

SURABAYA-Tren kenaikan harga properti residensial di Jatim terus terjaga. Itu terlihat dari hasil riset Bank Indonesia Wilayah IV Jatim terhadap empat kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto pada kuartal terakhir 2013.

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) meningkat 25,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan tipe rumah yang ditawarkan, kenaikan tertinggi terjadi pada rumah tipe menengah mencapai 29,6 persen, disusul tipe besar, 27 persen, dan tipe kecil, 20, persen.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jatim Dwi Pranoto mengatakan kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan upah kerja masih menjadi penyebab utama kenaikan rata-rata harga perumahan pada tahun lalu. Selain itu, tingginya biaya perizinan serta upaya pengembang untuk memberikan penambahan fasilitas umum yang memadai juga menjadi alasan kenaikan harga yang ditawarkan. \"Kondisi ini membuat  rata-rata angka pembangunan serta realisasi penjualan rumah pada kuartal IV menunjukkan penurunan dibandingkan tiga bulan sebelumnya,\" tuturnya.

Rata-rata jumlah pembangunan rumah turun 27,8 persen seiring dengan penurunan angka rata-rata realisasi penjualan yang turun 23,1 persen. Responden memperkirakan turunnya permintaan rumah pada Kuartal IV-2013 disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain, kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) serta tingginya uang muka sebagai implikasi dari penerapan kebijakan Loan to Value (LTV) yang bertujuan untuk meningkatkan aspek kehati-hatian perbankan dalam penyaluran KPR.

Menurut mantan Ketua REI Jatim Henry J Gunawan dampak dari kebijakan BI itu tahun ini terjadi perlambatan sektor properti. Para developer kesulitan menjual rumah, sebab banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang dan konsumen. \"Segmen kelas menengah bawah yang masih tumbuh pesat. Sedangkan, kelas atas masih menahan diri,\" tuturnya.

Henry juga menyebut kebutuhan rumah di Jatim masih tinggi. Itu terlihat dari backlog yang mencapai 600 ribu lebih unit. Artinya, masih banyak orang yang belum punya rumah. \"Karena itu, kalau dibilang bubble di properti masih jauh. Tidak ada kelebihan rumah di Indonesia,\" ucapnya.  

Ke depan, responden memprediksi harga rumah pada Kuartal I-2014 akan mengalami kenaikan harga. Perkiraan IHPR naik 2,9 persen. Pertumbuhan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar (3,3 persen), disusul oleh tipe menengah (2,8 persen) dan tipe kecil (2,6 persen). Sementara itu, secara tahunan harga rumah diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 25,3 persen, terutama dari kenaikan rumah tipe besar (33,1 persen), tipe menengah (25,9 persen) dan tipe kecil (17 persen).

(dio)

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait