Hampir seluruh daerah di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil kopi pernah didatangi Toni. Namun, yang paling membuat dia terkesan adalah momen ketika dirinya mendatangi petani kopi di Bondowoso.
\"Saat itu saya bertemu dengan petani kopi yang memiliki kebun tak begitu luas. Dari pertemuan itu, saya coba kopi dari kebunnya dan saya tulis di blog,\" terangnya.
Tak disangka, tulisan tersebut dibaca banyak orang. Sampai-sampai Toni dihubungi oleh sang petani. Sebab, petani itu mendapatkan order hingga 1 ton dari pengusaha Amerika Serikat yang sedang mencari biji kopi di Indonesia.
\"Padahal, sebelumnya dia mengaku hanya bisa menjual beberapa puluh kilo di kedai-kedai kopi di Jakarta. Senang sekali mendengarnya, apalagi sampai petani itu bisa membeli mobil baru,\" ujar ayah Farah Maudina tersebut. Hingga saat ini, sudah sekitar 600 artikel tentang kopi yang dihasilkan suami Rr Emma Dhamayanti itu.
Saat ditanya soal caranya menjaga eksistensi menulis di tengah kesibukan pekerjaan utama, Toni tertawa kecil. Dia mengaku bahwa kisah dan feedback dari pembacalah yang menjadi semangatnya untuk terus meng-update informasi tentang perkopian.
\"Cerita seperti petani Bondowoso itu yang membuat saya termotivasi untuk terus menulis tentang kopi. Apalagi, kadang ada pembaca yang ingin dicarikan informasi tertentu, misalnya tentang peralatan kopi,\" ungkapnya.
Blog cikopi memang tidak hanya menuliskan perihal biji kopi. Sejumlah informasi lain tentang perkopian juga menyertai. Mulai profil pelaku industri sampai update peralatan-peralatan untuk kopi, misalnya alat roasting dan coffee maker.
Meski bukan pelaku industri kopi, Toni paham seluk-beluk peralatan perkopian. Dia mengaku memiliki bar khusus di rumahnya di Jatibening, Bekasi. Bar itu biasa digunakan untuk mengeksplorasi peralatan penyeduh kopi.
\"Saya suka membongkarnya, me-review, tapi nanti kalau tidak bisa mengembalikan, saya serahkan ke teman yang ahli,\" kelakarnya.
Atas karya tulisnya tentang kopi itu, Toni sering didatangi orang yang minta saran dan masukan. Termasuk mereka yang akan memulai bisnis kopi. Bahkan, atase perdagangan Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Serikat meminta saran dari dia untuk pameran produk kopi yang setiap tahun diadakan di Negeri Paman Sam itu.
Toni dimintai saran karena pernah dipilih oleh Specialty Coffee Association of America (SCAA) untuk menghadiri pameran di Boston pada April 2013. Saat itu dia menjadi satu-satunya blogger dari Asia yang diundang dalam event kopi tingkat dunia tersebut. \"Lisensi yang diberikan kepada saya saat itu sebagai media,\" terangnya.
Namun, Toni mengaku miris saat melihat stan Indonesia dalam pameran itu. Menurut dia, stan Indonesia kala itu tak menunjukkan bahwa negeri ini adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia.
\"Berbeda sekali dengan negara-negara lain. Mereka berlomba memikat pengunjung. Sedangkan stan Indonesia kurang menarik,\" terangnya. Dari pameran itulah, Toni lalu diminta memberikan masukan kepada atase perdagangan Kedutaan Besar RI di AS.
Toni punya niat membukukan ratusan tulisannya tentang kopi itu. Namun, dia mengaku belum punya waktu untuk mengurusi tulisannya. \"Sebenarnya ada beberapa penerbit yang sudah menghubungi saya. Tapi, saya belum siap. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diterbitkan sehingga bisa dimanfaatkan para pelaku bisnis kopi, termasuk para petani yang belum terbiasa mengakses internet,\" tandas dia.
(*/c11/ari)