Subsidi BBM Dipastikan Naik

Kamis 06-03-2014,00:00 WIB

Kemenkeu: Rupiah 11.500 - 12.000 per USD

JAKARTA - Fluktuasi pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir terus diamati pemerintah. Kementerian Keuangan pun mulai menyusun proyeksi level rupiah sepanjang tahun 2014 ini.

                Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Andin Hadiyanto mengatakan, dengan mempertimbangkan pergerakan rupiah sepanjang Januari hingga awal Maret serta proyeksi berbagai indikator makro ekonomi lainnya, pemerintah memproyeksi tahun ini rupiah akan bergerak di kisaran Rp 11.500 - 12.000 per dolar AS (USD). \"Beberapa pekan terakhir kan (rupiah) menguat tajam, kita pantau terus,”ujarnya kemarin (5/3).

                Sebagai gambaran, nilai tukar rupiah berdasarkan  Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI), rupiah kemarin ada di posisi 11.580 per USD, menguat 67 poin dibanding penutupan Selasa yang di posisi 11.647 per USD. Posisi tersebut juga tercatat sebagai yang terkuat sejak 15 November 2013, ketika itu rupiah ada di level 11.561 per USD.

                Meski menunjukkan tren penguatan dalam beberapa pekan terakhir, kata Andin, nilai tukar rupiah saat ini masih jauh lebih lemah dibanding asumsi makro yang dipatok dalam APBN 2014, yakni 10.500 per USD.

                \"Kalau rupiah melemah, maka defisit (APBN) akan bertambah,\"katanya. Dalam APBN 2014, pemerintah menetapkan defisit sebesar Rp 175,4 triliun yang akan dipenuhi dari penerbitan surat utang atau obligasi domestik dan luar negeri.

                Menurut Andin, salah satu pos anggaran yang dipastikan naik adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM). Dia menyebut, besarnya komponen impor dalam pemenuhan kebutuhan BBM membuat pelemahan rupiah akan mengerek nilai subsidi. \"Dengan asumsi konsumsinya tetap, maka subsidi pasti naik,\"ucapnya.

                Sebagaimana diketahui, dalam APBN 2014, pemerintah menetapkan subsidi energi sebesar Rp 282 triliun yang terdiri dari subsidi BBM Rp 210,73 triliun dan subsidi listrik Rp 71,36 triliun. Seiring dengan program kenaikan tarif listrik untuk industri besar, maka subsidi listrik bakal dipangkas menjadi Rp 63 triliun. Adapun BBM subsidi diperkirakan tidak akan mengalami perubahan harga pada tahun ini. “Karena itu, untuk (subsidi) BBM kita akan hitung lagi berapa potensi kenaikannya,” ujarnya.

                Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut, besarnya subsidi BBM memang menyulitkan pemerintah untuk melakukan optimalisasi dana APBN pada kegiatan produktif seperti pengembangan infrastruktur. Karena itu, untuk meredam gejolak kenaikan subsidi BBM terhadap postur APBN, maka Kementerian Keuangan sudah mengusulkan skema subsidi tetap. “Tentu, ini akan dikaji lebih lanjut oleh (Kementerian) ESDM,” katanya.

                Bagaimana skemanya Misalnya, pemerintah mematok subsidi BBM sebesar Rp 2.000 per liter. Maka ketika harga BBM nonsubsidi ada di level Rp 9.000 per liter, maka harga BBM subsidi adalah Rp 7.000 per liter. Jika harga BBM nonsubsidi naik menjadi Rp 10.000 per liter, maka harga BBM subsidi ikut naik menjadi Rp 8.000 per liter. Sebaliknya, jika harga BBM nonsubsidi turun menjadi Rp 8.000 per liter, maka harga BBM subsidi ikut turun menjadi Rp 6.000 per liter.

(owi)

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait