JAMBI-Memasuki masa kampanye, jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang dirilis, pada bulan Februari jumlah uang keluar (outflow) sebesar Rp 459 miliar, naik dari bulan sebelumnya yang angkanya mencapai Rp 351 miliar. Sementara untuk data uang masuk, justru mengalami penurunan dari Rp 648 miliar di bulan Januari menjadi Rp 443 miliar di bulan Februari.
Pimpinan Bank Indonesia Provinsi Jambi, V Carlusa mengatakan, hal ini tidak lepas dari masuknya masa kampanye. “Selama masa kampanye kebutuhan akan uang terus meningkat, mengingat peserta pemilu akan terus membutuhkan dana untuk berkampanye,” sebut V Carlusa kemarin (17/3).
Disamping itu, efek pemilu yang selama ini diprediksi akan berdampak besar ternyata hanya menyumbang angka inflasi tak sampai 1 persen. Hal ini didorong dengan peraturan yang mengatur tentang kampanye, dan diawasi langsung oleh KPK sehingga pengeluaran untuk pemilu ditahun ini tak sebesar di tahun 2009 lalu.
Diproyeksikan angka inflasi yang diakibatkan oleh pesta akbar tersebut turut menyumbang angka inflasi. Proyeksi inflasi Jambi pada tahun 2014 berada di angka 7 persen, lebih tingi dari inflasi nasional, yakni berada di angkan 5,7 persen.
Secara nasional, inflasi Februari 2014 berada dalam tren menurun sehingga semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5 persen. Inflasi IHK Februari 2014 tercatat cukup rendah yakni 0,26% (mtm) atau 7,75% (yoy), menurun tajam dibandingkan dengan inflasi Januari 2014 sebesar 1,07% (mtm) atau 8,22% (yoy) dan juga lebih rendah dari rata–rata inflasi dalam 5 tahun terakhir.
Inflasi inti juga tetap terkendali pada 0,37% (mtm) atau 4,57% (yoy). Perkembangan positif tersebut tidak terlepas dari pengaruh berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam meminimalkan dampak lanjutan bencana alam sehingga inflasi volatile food Februari 2014 tercatat cukup rendah.
Inflasi yang menurun juga dipengaruhi oleh terkendalinya nilai tukar rupiah sehingga dapat meminimalkan dampak kenaikan harga komoditas global. Dengan perkembangan inflasi sampai dengan Februari 2014 tersebut maka inflasi 2014 diperkirakan masih dalam kisaran sasaran. Bank Indonesia akan tetap mencermati sejumlah risiko inflasi ke depan, termasuk potensi tekanan terkait dengan penyesuaian administered prices, dan akan terus memperkuat bauran kebijakan dan berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan inflasi tetap terkendali sesuai sasaran yang ditetapkan.
Sementara itu, pengamat ekonomi Jambi, Pantun Bukit memandang dari kacamatanya pesta politik sudah pasti diiringi dengan peningkatan aktifitas perekonomian. Kegiatan seperti kampanye tentunya akan meningkatkan belanja barang dan jasa untuk kepentingan partai politik.
Dapat dilihat dari permintaan pembuatan atribut kampanye partai politik (parpol) maupun calon legislatif (caleg) yang meningkat tajam. Selain itu, kampanye juga turut menyumbang kesektor lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa lainnya.
“Permintaan akan barang dan jasa pasti akan meningkat. Selain berdampak pada inflasi juga akan meningkatkan perekonomian daerah,” tuturnya.
Selain itu, pesta politik pastinya akan memberikan kontribusi terhadap inflasi yang lebih tinggi. Kerena kebutuhan akan barang dan jasa dipastikan lebih tinggi. Sehingga agar tak terlalu melambung maka pasokan barang harus dijaga ketat kestabilannya.
“Inflasi tak bisa terelakkan karena permintaan sudah pasti meningkat. Angkanya mungkin mencapai 1 sampai 2 persen, ,” tutupnya.
Untuk perekonomian secara makro, kondisi makro ekonomi Indonesia itu yang diikuti proyeksi politik, dan keamanan menjelang penyelenggaraan pemilihan umum 2014 itu pada gilirannya akan memengaruhi sejumlah investor dalam menanamkan modalnya. Sehingga suasana kondusif saat pemilihan ini diperlukan agar tidak mempengaruhi minat investor yang menanamkan modalnya di provinsi Jambi.
“Kalau untuk investor biasanya mereka mengamati dulu. Apabila suasana aman dan kondusif kemungkinan menjadi nilai positif dimata calon investor,” tutupnya.
(run)