Untuk Pembiayaan UMKM
JAMBI-Sejak dibentuk pada 2012 lalu, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Cabang Jambi, selaku lembaga keuangan yang fokus utamanya memberikan solusi pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah mengelontorkan dana kredit sebesar Rp 132,5 miliar kepada 2.308 pelaku UMKM.
Pemimpin PNM Cabang Jambi, Wire Ariyayudanto mengatakan, berdasarkan data kinerja setahun terakhir, penyaluran pembiayaan PNM Cabang Jambi tumbuh 47,3% dibandingkan dengan pencapaian Februari 2013.
Hal itu selaras dengan pertumbuhan jumlah debitur sebesar 45,3 persen. “Kehadiran kami memang fokusnya untuk memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dengan dana pinjaman mulai dari 1 juta hinga Rp 100 juta. Dari sekian banyak debitur, untuk saat ini memang masih didominasi oleh debitur dari sektor perkebunan dengan angka mencapai 70 persen,” ujarnya saat ditemui di acara seminar manajemen UMKM, Sabtu (22/3) lalu.
Dikatakannya, bisnis PNM dijalankan oleh 12 kantor Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM). Tak hanya sekedar menggelontorkan dana kepada UMKM, tapi turut memberikan pendampingan kepada pelaku UMKM. Salah satunya dengan menggelar seminar manajemen kelola keuangan bagi pelaku UMKM kepada sekitar 100 pelaku UMKM di Wilayah Jambi.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan usaha mereka agar lebih termanajemen.
“Banyak UMKM berhasil meraih penjualan yang memuaskan, tetapi gagal naik kelas karena kurangnya pengetahuan dalam mengelola arus kas, termasuk mencampur keuangan rumah tangga dengan usaha,” ujarnya.
Seminar yang sengaja mendatangkan langsung pembicara keuangan ternama di Sumatera, Phobi Kevin memberikan tipsnya kepada para pelaku usaha untuk dapat lebih mempelajari manajemen keuangan agar lebih terarah.
Menurut Phobi, laporan keuangan ini sangat penting dalam dunia usaha, termasuk UKM, guna mengetahui perkembangan keuangan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Melalui sistem pencatatan dan pelaporan keuangan yang baik, pelaku usaha dapat memonitor kondisi dan daya tahan perusahaan dari krisis atau risiko kebangkrutan.
“Dengan melihat laporan keuangan, maka kita bisa tahu apakah perusahaan dalam keadaan sehat, krisis atau sudah bisa dinyatakan bangkrut,” tandasnya.
(run)