Ada tiga jenis makanan lele yang dihasilkan kandang ayam: kotoran ayam, bangkai ayam, dan ceremende. Dari ratusan ribu ayam di kandang, 2 persennya mati oleh berbagai sebab. Ayam-ayam mati itu langsung dibakar. Ayam bakar itulah yang dilempar ke kolam lele.
\"Kalau tidak dibakar, lelenya tidak mau makan,\" ujar Pak Masngut. Lele ternyata sangat suka ayam bakar.
Kandang ayam juga menghasilkan ceremende: kecoak-kecoak kecil. Mula-mula ceremende itu dianggap sebagai pengganggu kandang ayam. Suatu saat Masngut menyapu kandang. Ceremendenya berlarian cari selamat. Sebagian terjatuh ke kolam lele. Masngut melihat ceremende itu segera dimakan lele.
Sejak saat itulah, Masngut berkesimpulan bahwa ceremende sangat baik untuk makanan lele. Maka, ceremende yang muncul dari kotoran ayam justru dia kembangkan. Caranya: berikan akomodasi yang disenangi ceremende. Yakni, tumpukan karton telur ayam. Di beberapa lokasi di kandang itu, dia geletakkan lima karton tempat telur. Dalam beberapa hari, lima karton tempat telur tersebut sudah penuh dengan ratusan ekor ceremende.
\"Setiap hari kandang ini menghasilkan ceremende dua kuintal,\" kata Pak Masngut. Baik ayam bakar maupun ceremende pastilah mengandung protein yang tinggi untuk lele. Masngut berkesimpulan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, tidak bisa lagi kalau tidak integrated farming.
Banyak sekali pelajaran yang saya peroleh dari Pak Masngut yang tidak lulus universitas itu. Mulai dari ayam, bebek, lele, patin, sapi perah, sampai burung hantu dan sawit.
Pak Masngut dan Pak Budi adalah ayat-ayat Tuhan yang hadir nyata di dunia. Dan di dalam masyarakat kita. (*)