Minum Spirulina Mahmud dan Menunggu Sidiq

Senin 21-04-2014,00:00 WIB

 Ternyata benar. Mahmud sudah punya tiga kolam kecil. Bahkan sudah berhasil panen alga air tawar beberapa kali. Alga ini memang bisa dipanen tiap empat hari. Alga itu dia saring, dia keringkan, dan dia bikin tepung. Dengan alat-alat sederhana. Lalu dia masukkan ke saset-saset. Siap dijual. Bersaing dengan spirulina impor.

 Saya sangat gembira. Mahmud benar-benar anak muda yang gigih. Saya membeli sepuluh saset hari itu.

 Salah satunya saya buka, saya buang labelnya, saya masukkan plastik tanpa identitas. Sampai Jakarta, \"tepung tanpa identitas\" itu saya kirim ke laboratorium Kimia Farma. Untuk diteliti. Saya tidak memberi tahu asal usul dan nama tepung itu.

 Hasil uji lab itu mengatakan bahwa tepung tersebut adalah spirulina, namun tidak mengandung logam berat, arsen, dan NACL. Juga tidak ada kandungan bahan kimia. Sejak itu saya minum spirulina made in Sukoharjo tersebut. Tiap hari.

 Mahmud juga sudah mendirikan perusahaan. Namanya CV Neoalgae Technology. Sebagai lulusan Teknik Kimia Undip, dia tidak sulit melakukan penelitian-penelitian untuk membiakkan alga itu.

 Kini Mahmud akan memperbesar kolam-kolam alganya. Tidak lagi hanya tiga kolam di sebelah rumahnya. Dia sudah mulai mengerjakan sawah 1 hektare agak jauh dari rumahnya untuk diubah jadi kolam alga air tawar.

 \"Saya kewalahan. Pesanan spirulina melebihi produksi saya,\" ujarnya. \"Terutama dari perusahaan-perusahaan obat herbal,\" tambahnya.

 Tentu saya berdoa agar Mahmud jadi pengusaha muda yang sukses besar. Dia layak untuk itu. Kita berharap Indonesia tidak perlu lagi impor spirulina. Mahmud juga tidak keberatan ada anak muda lain yang mengikuti jejaknya.

 Lain lagi dengan Sidiq. Dia menemukan alat pengering gabah. Mengandalkan tenaga surya. Mirip dengan yang ditemukan mahasiswa Universitas Mataram di Lombok.

 Waktu itu saya sedang nonton wayang di desa Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur. Tiba-tiba Sidiq nongol. Jam sudah menunjukkan pukul 00.00. Dia datang dari Malang. Naik sepeda motor. Dua jam lamanya. Di malam yang kelam. Melewati jalan yang berliku naik turun di sekitar Bendungan Karangkates. Nekat benar anak ini.

 Malam itu deal! Saya berikan dana untuk membuat prototipenya. Dua bulan lagi barang itu akan jadi.

 Sidiq sangat amanah. Di waktu yang dijanjikan, dia selesaikan proyek itu. Jumat kemarin saya lihat hasilnya. Bisa berfungsi. Namun, suhunya kurang panas. Dia masih menggunakan kaca biasa. Bukan kaca khusus yang bisa menghasilkan panas 20 derajat lebih tinggi.

 Tapi, itu soal sepele. Yang jelas fungsinya sudah ketemu. Saya minta alat ini disempurnakan. Di bawah binaan BUMN PT Pertani. Siapa tahu bisa menggantikan mesin pengering yang mahal-mahal dengan bahan bakar yang juga mahal itu.

 Mahmud, Sidiq, dan banyak lagi anak muda yang tidak kenal menyerah. Harapan besar di depan mata.

 Saya akan terus minum spirulina-nya Mahmud. Dan menunggu pengering gabahnya Sidiq.

(*)

Tags :
Kategori :

Terkait