JAKARTA - Menjelang finalisasi penghitungan suara Pemilu Legislatif (pileg) 2014, Partai Demokrat belum juga menunjukkan sinyal arah koalisi. Menurut sejumlah pihak, Demokrat dinilai lamban. Akibatnya, beberapa partai yang berpotensi berkoalisi dengan Demokrat akan beralih melirik partai lain.
Salah satu partai yang mulai tidak sabar menanti Demokrat adalah PAN. Menurut Ketua DPP PAN M. Najib, jika Demokrat tidak segera menentukan sikap terkait dengan koalisi, pihaknya bisa beralih ke partai lain. \"Partai Demokrat yang tidak cepat-cepat ambil sikap akan menyulitkan teman-teman di partai koalisi karena telanjur terikat dengan partai lain,\" jelas Najib dalam diskusi bertema Membaca Peluang Poros Keempat: Mungkin atau Tidak? di Hotel Alia Jakarta kemarin (1/5).
Najib mengatakan, hingga saat ini, partainya memang dalam posisi menunggu. Namun, di internal partai sudah muncul dua poros besar. Yang satu mengarah ke Gerindra dan yang lain mendukung PDIP.\"Sementara Demokrat belum menunjukkan tanda-tanda untuk berkoalisi dengan PAN. Jika pihaknya terus menunggu, lanjut Najib, hal tersebut menyulitkan partai-partai lain yang ingin berkoalisi dengan PAN.
Najib juga mengakui, di internal partainya mulai muncul dukungan kepada Jokowi dan Prabowo. Dua poros besar tersebut telah meminang Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai cawapres. Meski begitu, masih ada kemungkinan semua bisa berubah menjelang injury time. \"Tapi, bukan mustahil situasi berubah dan peta politik berubah. Kita juga bisa mengevaluasi kecenderungan saat ini,\" katanya.
Menyoal kapasitas Hatta sebagai cawapres, Najib mengungkapkan pujian untuk Menko perekonomian tersebut. Menurut dia, Hatta memiliki kapasitas sebagai presiden atau wakil presiden. Hatta juga kenyang berkarir sebagai menteri di kabinet. \"Secara pribadi, yang bersangkutan juga low profile. Jadi, sayang kalau Indonesia atau parpol tidak mencoba meminang Hatta. Indonesia akan rugi,\" imbuhnya.
Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menyatakan, pihaknya tidak mau gegabah dalam menentukan koalisi. Sebab, Demokrat tidak mau bernasib seperti PPP bahwa terjadi konflik internal yang hebat menjelang pilpres. \"Sudah ada contoh, ketua umumnya mau dipecat sama partai sendiri. Bagi Demokrat, untuk menentukan posisi partai, kita harus melalui berbagai tahap. Bukan aturan saja, tapi etika juga,\" paparnya.
Peluang Poros Keempat
Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif PolcoMM Institute Heri Budianto mengatakan, jika Partai Demokrat membentuk poros keempat, partai yang sangat mungkin akan merapat memang Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional. Alasannya, pendekatan yang dibangun dua parpol tersebut kepada tiga pemenang pemilu legislatif versi hitung cepat belum tentu berhasil.
\"PKS dan PAN memang dikabarkan sudah mendekati PDIP, Golkar, dan Gerindra. Tapi, itu belum tentu berhasil,\" katanya.
Pengamat politik dari Universitas Mercubuana memperkirakan, jika komunikasi itu akhirnya gagal, pilihan bagi PAN dan PKS ialah merapat ke Demokrat. \"Mereka akan merasa lebih nyaman karena sudah tahu bagaimana SBY (Susilo Bambang Yudhoyono),\" jelasnya.
Menurut dia, semua bergantung kepada sikap SBY sebagai ketua umum dan ketua Majelis Tinggi PD. Kalau SBY tidak memainkan itu dengan baik, tentunya akan sulit mewujudkan poros koalisi keempat,\" tegasnya.
(ken/boy/JPNN/c4/fat)