Proyeksi Produksi Minyak Mentah Naik

Kamis 08-05-2014,00:00 WIB

JAKARTA-Proyeksi produksi minyak mentah Indonesia diklaim melebihi rencana.

      Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai ada potensi yang untuk meningkatkan produksi lebih tinggi dari rencana kerja semula.

      Plt (Pelaksana Tugas) Kepala SKK Migas Johanes Widjonarko mengatakan, pihaknya telah mengevaluasi potensi-potensi penambahan produksi minyak pada 2014. Ternyata, hasil evaluasi tersebut menunjukkan adanya beberapa potensi yang bisa ditambahkan. \"Kami sudah lakukan mitigasi. Menjelang akhir semester I, kami lihat potensi yang bisa dikembangkan. Setiap kegiatan kami evaluasi,\" jelasnya di Jakarta kemarin (7/5).

\"\"\"\"ï ¿½\"\" Saat ini, lanjut dia, proyeksi produksi minyak Indonesia menurut WP&B (Working Program and Budget) mencapai 804 ribu barel per hari. Namun, proyeksi tersebut diakui berubah setelah melakukan evaluasi. \"Kami kan melakukan mitigasi. Dulu, angka tambahannya hampir 10 ribu bph. Ternyata ada yang melebih proyeksi. Misalnya, yang dulu kami kira bisa bertambah 500 bph sekarang bisa seribu bph. Jadi kami evaluasi terus,\" jelasnya.

       Meski yakin bakal naik, pihaknya belum mau memberikan angka pasti proyeksi tersebut. Pasalnya, hal tersebut diakui sudah dikantongi oleh Kementerian Keuangan. Namun, dia yakin bisa memenuhi janji untuk mencapai 813 ribu bph dengan adanya mitigasi.

      \"Sudah saya sampaikan ke Kementerian Keuangan. Kami tidak mau mendahului. Yang jelas, untuk 813 ribu yang pernah saya sampaikan, kami optimistis,\" jelasnya.

       Ketika ditanya kendala dari beberapa proyek yang tertunda, Johanes menampik. Menurutnya, proyek-proyek yang realisasi 2014 tak punya dampak signifikan. Misalnya, proyek Lapangan Bukit Tua yang baru bisa onstream 2015. \"Tidak. Karena sebetulnya rencana awalnya di akhir November. Jadi, (meskipun tidak terlambat) paling cuma dapat satu bulan. Nanti 2015 kan harapannya lebih baik,\" tuturnya.

       Dia menjelaskan, proyek Lapangan Bukit Tua memang harus tertunda karena alasan teknis. Kondisi tersebut membuat proyek belum bisa diteruskan. \"Sehingga, kami evaluasi kembali untuk bisa kita tahu seperti apa yang tepat itu.Ternyata itu kan data yang digunakan itu tahun 2007. Sudah cukup lama,\" ungkapnya.

      Sementara itu, Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas Widhyawan Prawiraatmadja mengaku, produksi migas Indonesia memang sedang mengalami kesulitan. Hal itu disebabkan potensi-potensi cadangan migas tersisa di wilayah dengan tingkat kesulitan tinggi. Padahal, aspek penting dalam hulu migas yakni eksplorasi masih mengalami beberapa hambatan.

      \"Perusahaan migas tentu mencari wilayah yang mature (matang, Red). Padahal, yang potensi migas Indonesia mengarah ke arah timur dan laut dalam. Yang berani main ini adalah perusahaan besar. Seperti Statoil, Exxonmobil, dan Total E&P. Kalau gagal, diberikan ke pemerintah kembali. Misalnya, Total E&P gagal di Papua,\" jelasnya.

      Dia mengaku, lapangan minyak di Indonesia memang harus pindah tangan dua sampai tiga kali untuk bisa mengeluarkan minya. Contohnya, wilayah kerja di Papua. Setelah ditangani beberapa perusahaan, baru tahun lalu KKKS berhasil menemukan cadangan terbukti.

      \"Akhirnya Genting Oil & Gas yang menemukan. Dulunya sempat dieksplorasi oleh Conoco Phillips sampai BP Petroleum, tapi semua gagal,\" jelasnya.

(bil)

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait