Berpeluang Muncul Calon Boneka

Senin 19-05-2014,00:00 WIB

Mesin Partai Kurang Efektif, Figur Penentu Kemenangan

JAMBI - Suhu politik di Jambi jelang perhelatan Pilgub 2015 mendatang terus meningkat. Kandidat yang bakal bertarung bahkan partai kian intens melakukan komunikasi politik.

Namun hingga saat ini baru dua kandidat, yakni sang petahana, Hasan Basri Agus (HBA) dan Zumi Zola yang telah terang-terangan menyatakan kesiapannya untuk maju. Kondisi ini dapat membuka peluang hadirnya calon boneka dari kandidat tertentu.

Demikian dikatakan Jafar Ahmad, Pengamat Politik Jambi kepada harian ini kemarin. Menurutnya, pertarungan di Pilgub akan menjadi sangat menarik, ketika partai besar seperti Demokrat, Golkar dan PDIP tidak berkoalisi. Meski saat ini sudah telat waktunya untuk memunculkan kandidat baru yang mampu menandingi HBA dan Zumi.

“Kalau ada calon lain yang mau maju, potensinya hanya merusak suara. Saya yakin partai akan menghitung konsekuensi kalau memunculkan kandidat baru, karena hitung-hitungan saya pasti kalah oleh keduanya,” katanya.

“Jadi meski partai besar pun, kalau tidak mendukung dua orang ini pasti ada hitungan lain, karena untuk menang sudah tidak mungkin. Jika PDIP berkoalisi dengan partai lain misalnya, boleh jadi hitungannya bukan untuk menang, tetapi untuk kalah dan menggangu konstelasi politik yang akan merugikan salah satu dari kedua nama ini,” sambungnya.

Yang pasti, pertarungan perebutan kursi nomor satu di Jambi ini akan menjadi sangat seru. “Serunya itu menggangu dua orang ini, bukan seru bisa bersaing, tetapi siapa yang akan diganggu. Suara siapa yang akan digrogoti oleh calon ketiga,” sebutnya.

Mengenai calon boneka ini dituturkan Jafar, juga harus difikirkan baik oleh kubu HBA maupun kubu Zumi. Mengingat, boleh jadi kandidat yang baru muncul ini berdasarkan komunikasi dengan salah satu dari mereka. Perlu dipertanyakan kandidat boneka ini dekat dengan siapa.

“Kalau ada yang maju dan bercita-cita untuk menang saat ini perlu dipertanyakan, ini kemungkinan tidak sehat orangnya, kira-kira begitu,” imbuhnya.

Kondisi sekarang kalau partai lain tidak mengusung calon yang punya kekuatan figur, dipastikan sangat sulit untuk bersaing. Kecuali mau mempertaruhkan banyak hal termasuk financialnya. Karena tidak mudah untuk bisa tampil luar biasa dalam waktu yang singkat.

Selain itu, tambah Jafar, dalam Pilgub ini sangat dibutuhkan strategi pemenangan yang tepat oleh partai pengusung. Untuk melakukan ini, dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Mesin partai kalau digerakkan masih cukup efektif dalam mengarahkan pemilih untuk mendukung calon yang diusungnya. Meski penentuan figur calon, juga bakal menjadi salah satu penentu kemenangan.

“Persoalannya dengan partai itu, kalau dia tidak bisa berhubungan langsung dengan elit partai tentu akan sulit untuk menggerakkan mesin partai. Kecuali elit-elit di dalam partai ini merasa punya keuntungan mereka bergerak. Kemarin waktu Pileg itu orang-orang partai bergerak karena berhubungan dengan mereka sendiri,” tambahnya.

“Jadi kembali lagi ke figur. Kalau partai yang bisa bergerak itu adalah partai berbasis kader. Satu-satunya yang berbasis kader itu ya PKS, kalau yang lain itu relatif kurang,” sambungnya.

Lantas bagaimana dengan partai-partai yang sudah lama terkonsolidasi seperti Golkar dan PDIP? “Tergantung elitnya. Yang jelas Golkar dan PDIP ini hanya partai lama, tetapi pendukungnya itu tidak secara ideologi tetapi pendukung pragmatis, tergantung individu di dalamnya,” jawabnya.

Untuk itu ia menegaskan, jangan sampai calon gubernur ini mempercayai sepenuhnya mesin partai, karena belum ada bukti partai ini secara penuh menyokong seorang calon. “Soliditasnya itu diragukan,” tandasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait