BANGKOK -Otoritas militer Thailand memberlakukan darurat militer sehari setelah pemerintah mengumumkan ekonomi Thailand tumbang 0,6 persen pada kuartal I 2014. Terus menurunnya perekonomian Thailand tersebut disebabkan adanya demo anti pemerintah yang berlangsung berbulan-bulan.
Dalam pengumuman mendadak kemarin pukul 03.00 dini hari (20/5), pimpinan tertinggi angkatan bersenjata Thailand Jenderal Prayuth Chan-Ocha menyatakan, tindakan itu tidak ditujukan untuk mengambil alih kekuasaan, melainkan mencari jalan keluar dari krisis politik.
\"Kami menyatakan situasi darurat karena kondisi saat ini belum stabil. Mereka saling bunuh. Karena itu, masyarakat tidak perlu panik dan dapat menjalankan kehidupan mereka secara normal,\" katanya dalam pengumuman yang disiarkan langsung di televisi nasional.
Pengumuman tersebut praktis memberikan kekuatan yang lebih luas kepada tentara untuk melaksanakan keputusan itu selama dua minggu. Tentara langsung bergerak menguasai kantor resmi perdana menteri yang selama ini menjadi jujukan demonstran anti pemerintah.
Militer Thailand juga menghentikan siaran beberapa stasiun televisi sebagai bagian dari sensor media. Dilansir dari stasiun berita Channel News Asia, beberapa stasiun televisi yang diperintahkan berhenti bersiaran adalah tiga stasiun televisi yang pro terhadap kelompok Kaus Merah (pro pemerintah) dan stasiun televisi yang mendukung massa anti pemerintah, Blue Sky TV.
Layar televisi sempat kosong sementara selama beberapa detik sebelum akhirnya muncul tayangan sebuah dokumen yang ditandatangani Jenderal Thailand Prayuth Chan-Ocha. \"Militer melarang semua media melaporkan atau menyebarkan berita apa pun atau mendokumentasikan foto yang merugikan keamanan nasional,\" tegas Prayuth.
Menariknya, tindakan pasukan pemerintah itu tidak membuat warga Bangkok terlihat panik. Koresponden Reuters melaporkan, sebagian warga Negeri Gajah Putih tersebut terlihat memanfaatkan momen itu untuk berfoto selfie. Sejumlah wisatawan asing juga terlihat bercanda dengan tentara di perempatan Jalan Ratchaprasong yang menjadi area perbelanjaan lengkap dengan hotel-hotel mahal.
Harian Bangkok Post melaporkan, warga ibu kota memulai aktivitas pagi dengan mengambil foto beberapa anggota militer yang tengah berlalu lalang di perempatan jalan. Beberapa di antara mereka bahkan sibuk berpose selfie bersama anggota militer. Anggota militer itu pun bersedia menerima ajakan foto selfie dengan ramah.
Rakyat Thailand, khususnya warga Kota Bangkok, memang tidak asing dengan kudeta. Tentara Thailand pernah melancarkan 11 kali kudeta dalam 80 tahun terakhir. Intervensi militer terhadap kekuasaan kemarin merupakan yang pertama sejak 2006, ketika perdana menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, diturunkan paksa lewat kudeta militer.
Pongtawat Lanlerdphonboon, salah seorang remaja, menuturkan kepada AFP, pemberlakuan keadaan darurat militer kemarin menjadi \"urusan orang dewasa\". \"Orang tua saya bilang kepada saya, ya pergi ke sekolah seperti biasa saja,\" ujar remaja berusia 17 tahun tersebut.
Bahkan, beberapa remaja lain yang ditemui AFP tidak menyadari adanya pengumuman keadaan darurat militer itu. Padahal, dengan status kudeta, tentara bisa membubarkan demonstrasi, mengejar dan menangkap orang, menyensor media, serta memberlakukan jam malam.
Perkembangan terbaru di Thailand tersebut membuat Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok memperingatkan warga negara Indonesia di Thailand untuk berhati-hati dan waspada. \"KBRI Bangkok mengimbau seluruh WNI di Thailand, khususnya di Bangkok, untuk menjauh dari tempat-tempat demonstrasi,\"\"tulis KBRI Bangkok melalui laman Facebook Komunitas Indonesia di Thailand kemarin.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene menyatakan prihatin atas situasi di Thailand setelah penetapan darurat militer. Indonesia, kata dia, berharap kondisi tersebut bisa kembali normal dan tidak memengaruhi pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
(BBC/AP/c5/kim)