Saya Tak Mungkin Totaliter

Jumat 30-05-2014,00:00 WIB

Mengapa Anda akhirnya memilih Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden ?

      Begini saya tidak lolos 20 persen. Perolehan suara Gerindra hanya 13 persen. Karenanya saya harus realistis, yakni  koalisi. Saya harus bermitra.

      Tapi yang saya salut dan terkesan. Banyak jiwa besar di negeri ini. Golkar itu menang 14 persen dan pemenang kedua. Namun tidak mencalonkan presiden dan wapres. PPP memberikan dukungan tanpa syarat. PKS juga tanpa syarat.  Untuk menyusun kabinet seharusnya tak perlu besar alias banyak menteri. Orang seperti Mahfud MD harus masuk sebagai tim hukum karena sudah berpengalaman.

      (Mahfud MD yang duduk di samping Prabowo hanya tersipu mendengar pernyataan itu).

      Ya, saya memang tim yang terbaik. Bahkan sangat baik. Saya katakan otak dan dan jiwa akhlak yang terbaik. Siapa saja orangnya bisa dari manapun. Bahkan kalau PDIP, Nasdem dan PKB ada yang baik. Saya tak segan-segan untuk mengajaknya bergabung.

      Tapi menurut Pak Anis Matta, saya dikasih ilmu. Dalam politik itu hanya ada dua saja how to win dan how to govern. Dan, sekarang how to win dulu yang utama.

Selama terjun ke dunia politik Anda mengucurkan anggaran yang besar. Ada yang menghitung ada 32 jenis iklan yang tayang di televisi. Bagaimana cara mengembalikan pengeluarannya ?

Saya selama ini punya filosofi rezeki datangnya dari Tuhan. Kalau mati itu tidak dibawa.Bahkan mati pun kita harus telanjang. Kalau rezeki nggak ada itungan. Sejak letnan dua saya sudah teken  kontrak memberikan nyawa ini untuk negara. Nggak ada hitung-hitungannya. Ini murni pengabdian untuk tanah air. Lihat saja, saya ini tentara bukan yang duduk di belakang meja. Semua orang tahu saya perang dimana-mana. Murni untuk tanah air.

Tapi kesan yang tampak sekarang Anda itu cukup tempramental. Banyak yang khawatir akan berubah menjadi totaliter. Anda perlu tampil agak lembut ?

      Tidak mungkin saya diktator atau totaliter itu. Saya dikontrol oleh Anda semua. Saya ini datangnya dari rakyat juga. Kalau mau kudeta, waktu jadi panglima, saya menguasai 34 batalyon. Tapi tidak. Saya tegaskan, saya sekarang sama dengan Anda semua. Saya tidak punya pangkat. Saya tidak punya pasukan.

      Sepertinya, Anda itu perlu belajar sejarah TNI. Tentara itu datangnya dari rakyat. Bahkan bisa dibilang tentara Indonesia satu-satunya yang keluar dari gelanggang politik. TNI itu selalu sejalan dengan kehendak rakyat.

Anda perlu mengubah gaya  ?

(Tertawa). Bagaimana ya. Harus mengubah gaya. Ya, sudah dari sononya begitu. Saya ini Jawa, Banyumas. Keluarnya keras, tapi hatinya sejatinya lembut (kembali tertawa).

Saat di Jawa Tengah, saya dikasih wayang oleh Ki Manteb Sudarsono, Werkudara. Itu artinya, tegas, tapi sejatinya lembut. Baik juga....

Apabila Anda terpilih sebagai presiden, siapa sebenarnya yang akan menjadi ibu negara ?-

(Terdiam sejenak) Kita lihat saja perkembangan bagaimana. (Sambil bergurau) nanti di koalisi harus digelar fit and proper test calon ibu negara (kembali tertawa).

Tags :
Kategori :

Terkait