Menilik Ponpes Hafids Daarul Quran Mursyih
PONDOK Pesantren Hafids Daarul Quran merupakan wadah bagi orang tua yang menginginkan anak-anaknya untuk menjadi hafidz Qur’an. Sejak hadir Januari silam, pesantren ini sudah memiliki sekitar 200 santri yang mendaftar.
YUNITA SARI. S
ANTUSIAS tampak di wajah bocah-bocah setaraf SD dan SMP yang mengikuti program pesantren penghafal Al-qur’an. Meskipun mereka harus bangun pukul 3 subuh dan bersiap untuk menghafal Alquran, namun tetap terlihat semangat untuk mempelajari hal baru dan menjalankan aktifitas yang telah dijadwal seharian.
“Kadang lucu, ada yang susah bangun ataupun menangis di malam hari karena tak biasa berpisah dari orang tua. Tapi karena banyak temannya semua jadi enjoy mengikuti program,” ujar Nely Sarnaty, pengelola pesantren akhir pekan yang dihadirkan oleh Ponpes Hafidz Daarul Quran Mursyih saat ditemui kemarin.
Pesantren Daarul Qu’ranMmursyih sendiri merupakan salah satu pesantren yang berawal dari rumah Hafidz yang bertujuan untuk mencetak bibit-bibit penghafal Alquran sejak dini. Di beberapa kota pusat penghafalan Alquran ini sudah lama terbentuk. Namun untuk di Jambi, kehadirannya baru tercetus sejak Januari 2014.
Adapun tujuan didirikannya lembaga ini yakni untuk mencetak generasi yang paham serta bisa menghafal Alquran, membaca dengan baik dan mengamalkannya dalam kehidupan. Sedangkan program ini ditujukan bagi anak-anak mulai kelas 4 SD hingga SMP.
Seperti pesantren-pesantren lainnya, anak-anak diwajibkan untuk tinggal dan menginap di tempat yang disediakan yakni di rumah Hafids Daarul Quran Ursyih yang beralamat di Jalan K.H Ahmad Dahlan nomor 1 Simpang Empat Makalam. Namun bedanya, santri hanya cukup datang setiap akhir pekan yakni mulai pukul 3 sore di hari Sabtu hingga pukul 11 siang di hari Minggu.
“Jadi bisa dibilang kita ini mini pesantren yang tujuannya untuk mencetak anak-anak penghafal Alquran,” ujar perempuan yang akrab disapa Bunda Nely ini.
Dikatakannya, untuk programnya, pesantren Hafids Daarul Quran Mursyih menargetkan selama masa periode pembelajaran yakni 6 bulan, anak-anak yang mengikuti program ini sudah bisa menghafal minimal 1 juzz. Sedangkan untuk penghafalan 30 juzz minimal 3 tahun. Namun ada hadiah bagi mereka yang telah berhasil menghafalkan 30 juzz yakni disekolahkan gratis hingga lulus sarjana.
Untuk pesantren ini sendiri memang sudah dirancang agar mampu mencetak generasi penghafal alquran di jambi. Untuk memfokuskan program yang ada, sengaja 1 guru dimaksimalkan untuk memegang 15 santri agar suasana belajar mengajar menjadi kondusif.
Sementara ditanya mengenai biaya yang harus dikeluarkan, perempuan yang sebelumnya berkerja sebagai guru ini mengatakan untuk mengikuti kelas ini tidak ditarif alias gratis. Hanya saja bagi orang tua yang ingin membantu bisa menyumbangkan infaq semampunya untuk pembiayaan anak mereka selama mengikuti program.
‘’Hinga saat ini pendaftarnya sudah sekitar 200. Namun memang kita bagi per gelombang agar suasana belajar dan mengajarnya kondusif,” tandasnya. (*)