\"Kami menyarankan agar pemerintah Indonesia mengembangkan wisata budaya yang berkaitan dengan tradisi masyarakat Tionghoa seperti itu. Kami dukung sepenuhnya,\" ujarnya.
Tanggapan positif juga ditunjukkan Yang atas ajakan kerja sama lebih lanjut antara Tiongkok dan Kota Pontianak yang disampaikan Pemred Pontianak Post Salman Busrah. Tiongkok pernah mengirimkan ahli-ahli keramik untuk melatih sejumlah warga Pontianak berwirausaha. Ke depan, Salman berharap kerja sama itu bisa dilanjutkan lagi secara luas.
Begitu pula dengan usul kerja sama energi yang diutarakan Pemred Kaltim Post Muhammad Rizal Juraid. Dia menuturkan, Kaltim merupakan salah satu penghasil energi terbesar di Indonesia. Namun, sampai saat ini Kaltim masih saja mengalami krisis listrik. \"Pemerintah Tiongkok memiliki banyak ahli tentang energi. Saya tidak berwenang di masalah ini. Tapi, kami siap mengirim jika diperlukan,\" ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pemberitaan JTV Imam Syafii mengusulkan agar pertukaran budaya dilakukan lewat kerja sama antarmedia massa di kedua negara. \"Kami baru menjalin kerja sama pertukaran program siaran dengan China Radio International (CRI) yang bertujuan saling memperkenalkan kedua negara,\" terangnya.
Yang Jiang menanggapi usul tersebut dengan positif. Dia memahami jika selama ini Indonesia tidak mendapat banyak informasi yang riil tentang kondisi Tiongkok. Akibatnya, Indonesia justru lebih banyak mendapat informasi tersebut dari media-media Barat. \"Kami akan perbaiki terus kondisi ini,\" lanjutnya.
Selain diskusi dengan Kemenlu Tiongkok, hari ketiga muhibah delegasi Jawa Pos Group ke Tiongkok diisi kunjungan ke CRI, radio milik pemerintah Tiongkok yang memiliki program siaran dalam berbagai bahasa internasional, termasuk bahasa Indonesia. Wakil Direktur Departemen Indonesia CRI Liu Li menuturkan, pihaknya memiliki siaran dalam 65 bahasa internasional dan lokal Tiongkok.
Pria yang memiliki nama Indonesia Yulianto itu menuturkan, program siaran berbahasa Indonesia mengudara sejak 1951. \"Program siaran berbahasa Indonesia tidak berhenti, meski hubungan kedua negara sempat putus pada 1965,\" terangnya.
Liu menuturkan, pihaknya saat ini mengandalkan siaran lewat streaming di internet. Khususnya di media sosial semacam Facebook. Pihaknya sempat bekerja sama dengan salah satu radio di Jakarta dan memiliki banyak pendengar di Indonesia. Terutama program Lensa Interaktif atau Lentera. Sayangnya, kerja sama tersebut terpaksa putus awal tahun ini karena radio di Jakarta sedang berfokus menggarap isu pemilu.
Terkait dengan pemilu Indonesia, Liu menyatakan bahwa radionya terus mengikuti perkembangan. Termasuk, terpilihnya Jokowi sebagai presiden ke-7 RI melalui pilpres yang diakhiri dengan sidang gugatan hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi.
(*/c5/kim)