Para Hujjaj Itu Duta Allah

Senin 15-09-2014,00:00 WIB
Oleh:

Kedua, para petugas penyelenggara haji, seperti KBIH dan lainnya tidak mampu membimbing para jama”ahnya untuk memahami dan mentaati ketentuan penerbangan serta akibat keselamatan penerbangan dan akibat yang merusak pahala haji. Aspek bahaya pesawat akan jatuh, mereka akan meninggal dunia, ketika pesawat berlebihan barang bawaan tidak mampu ditangkap dan ditindaklanjuti.

Ketiga, para calon haji tidak sepenuhnya mengetahui bahwa proses pelaksanaan haji adalah sebuah kegiatan ritual yang bermuara pada perubahan sikap dan kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai dan etika agama, termasuk ketamakan. Terlepas apakah orang lain melihat atau tidak.

Keempat, adalah tabi”at atau kebiasaan aneh sebagian warga negara kita sehari-hari yang tidak ambil peduli dengan tanda dan pengumuman larangan di mana saja mereka berada, termasuk dalam pesawat. Walaupun sudah diingatkan bahaya menakutkan akan terjadi jika tetap tidak mengindahkan larangan itu, seperti larangan menggunakan Handphone.

Bahkan begitu terkadang kesalnya sebagian kita membuat tanda larangan, misalnya, dengan bahasa halus namun tetap tidak diindahkan, maka dibuatlah tanda marah (ma”af) “HANYA ANJING YANG BUANG SAMPAH DI SINI”-pun, masih ada yang akan tetap buang sampah  persis di bawah tulisan itu.

Solusi Alternatif

Penomena haji di atas adalah cuplikan kecil saja dari sikap hidup umat Islam berkaitan dengan ketaatan pada aturan. Karena ibadah ini dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun.

Ibadalah lain, seperti shalat dilakukan umat Islam 5 (lima) kali sehari semalam, serta ditambah dengan 6 shalat sunnat qabliyah (sebelum) dan ba”diyah (sesudah) shalat wajib. Jika dikalkulasikan, hampir setiap waktu jeda istirahat kerja, kita diingatkan oleh peringatan Tuhan akan taat aturan. Namun seringkali tidak begitu berpengaruh terhadap ketaatan peraturan keseharian di hampir seluruh sudut kehidupan. Padahal Allah sudah mengingatkan:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Qur”an dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q 29:45).

Thus, bekas shalat itu niscayanya terlihat pada apa yang dikerjakan di luar shalat.

Karena itu, pembiasaan diri untuk mentaati aturan kapan dan di mana saja sudah seharunya dipraktekkan dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk ketika memulai manasik dan dalam pelaksanaan haji.

Semoga saudara kita yang taat aturan selama perjalanan haji 2014 ini, akan menjadi para haji yang mabrur, dosanya yang diampuni dan segala usahanya halal dan sukses setelah kembali. Betul-betul menjadi duta Allah yang mempunyai keistimewaan dan harga diri tinggi. Dan semoga tulisan ini masih sempat dibaca bagi yang berlum berangkat, dan berbagi informasi setelah sampai di Makkatul Mukarramah dengan saudara kita yang sudah berangkat duluan. Amin.

*Direktur Eksekutif CSCIIS Jambi dan Ketua Forum Dekan Fakultas Ushuluddin se Indonesia

Tags :
Kategori :

Terkait