\"Untuk ukuran pejabat seperti Pak Jokowi, harga itu sangat terjangkau. Saya memang tidak mau aji mumpung. Melipatkan harga karena yang pesan seorang pejabat tinggi. Saya sudah sangat bangga menjadi tukang jahit kepercayaan orang sehebat Pak Jokowi, presiden terpilih Republik Indonesia,\" beber Suparto yang mengenal Jokowi sejak kecil karena sama-sama tinggal di bantaran Kali Anyar, Solo.
Suparto menjelaskan, daripada saat masih memimpin Solo, sekarang Jokowi sedikit lebih gemuk. Hal itu terlihat dari ukuran pinggangnya yang bertambah 2 cm. Sejak Jokowi sering menjahitkan baju ke tailor-nya, Suparto hafal betul ukuran pinggang suami Iriana tersebut. \"Pinggangnya tambah gemuk sedikit. Kemarin yang diagem (dipakai) itu kan sesak. Biasanya lingkar pinggangnya 80 cm, sekarang 82 cm. Tapi, yang lain masih sama,\" ungkap pria kelahiran 11 Mei 1961 tersebut.
Suparto mengatakan, untuk baju informal, Jokowi lebih suka yang agak longgar. Sedangkan untuk kemeja lengan panjang, lulusan Fakultas Kehutanan UGM itu memilih model biasa dengan dua saku di depan, lengkap dengan penutupnya. Untuk sepuluh setel pesanan terakhir ini, Suparto akan membuat lima baju dengan model yang berbeda-beda meski hanya di aksen jahitan atau bentuk sakunya. Sehingga ketika dipakai akan terlihat ada perbedaan di saku-saku bajunya. \"Pokoknya, saya akan membuat baju Pak Jokowi enak dikenakan dan enak dilihat,\" tegasnya. Suparto menargetkan akan menyelesaikan seluruh order baju Jokowi itu pada Sabtu nanti (20/9). \"Biasanya kalau sudah selesai, kami antar ke kediaman Pak Jokowi di sini.\"
Baju Kotak-Kotak
Salah satu pesanan Jokowi yang fenomenal adalah baju kotak-kotak. Baju khas yang dipakai Jokowi dan pendukungnya saat maju menjadi calon gubernur DKI itu dipesan kali pertama di tailor Suparto. Betapa bangganya Suparto ketika akhirnya Jokowi menang menjadi DKI-1 dengan mengenakan baju kotak-kotak buatannya.
Begitu pula halnya ketika Jokowi maju sebagai calon presiden. Suparto kembali mendapat order \"baju kampanye\" Jokowi-Jusuf Kalla. Coraknya tetap kotak-kotak. Bedanya, warna merahnya lebih merah dan warna birunya lebih soft.
\"Waktu kampanye pemilihan presiden saya buat 16 potong baju kotak-kotak. Yang delapan khusus untuk keluarga Pak Jokowi, sedangkan delapan lainnya untuk keluarga saya dan ada yang dibeli teman wartawan,\" terang dia.
Disinggung mengenai keterampilannya menjahit, Suparto mengatakan sejak 1974 sudah belajar menjahit. Saat itu dia baru saja lulus SD. Setiap hari dia belajar menjahit di tempat kursus yang lokasinya 4 km dari rumah. Pada 1980 Suparto mulai membuka jasa menjahit baju di lokasinya sekarang. Bermodal satu mesin jahit, Suparto merintis usaha jasa menjahit itu. Berbagai kendala dia alami, mulai kekurangan tenaga penjahit untuk menyelesaikan pesanan hingga sepi orderan.
Namun, hal itu tidak menyurutkan niat Suparto untuk bertahan dengan usahanya. Terbukti, kini dia sudah berhasil memiliki rumah produksi sendiri dengan karyawan mencapai 50 orang dengan 30 mesin jahit. Sekarang rumah produksi Arjuna Tailor lebih banyak mengerjakan pakaian-pakaian pesanan dari instansi pemerintah, kantor swasta, atau kampus seperti seragam kerja, jas almamater, dan pakaian batik.
Meski sudah menjadi tukang jahit langganan presiden terpilih, Suparto enggan pindah ke lokasi lain yang lebih representatif atau hijrah ke Jakarta. \"Saya tetap di Solo saja. Biar orang-orang yang datang ke sini. Supaya mereka lebih mengenal Solo,\" tutur dia.
(*/c9/ari)