JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) baru bisa memastikan bahwa jumlah emiten pendatang baru di sepanjang tahun ini sebanyak 23 perusahaan. Hampir pasti target 30 emiten tidak akan tercapai kecuali mendadak ada tujuh emiten mendaftar untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) sebelum September berakhir.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen, mengatakan saat ini sudah ada lima emiten siap melakukan dan sedang dalam proses IPO. Mereka adalah Blue Bird Group, PT Soechi Lines Indoensia, PT Imack Pratama Industri, PT Intan Baruprana Finance (IBF) alias anak usaha Intraco Penta, dan PT Karisma Aksara Mediatama. Seluruhnya menggunakan laporan keuangan Juni 2014 sebagai dasar penilaian dan penawaran saham ke public.
Hoesen mengatakan, di antara lima calon penghuni baru lantai bursa itu, nilai emisi tertinggi adalah Blue Bird. Penawaran global yang dilakukan pemilik bisnis utama jasa transportasi ini berpotensi senilai USD 400 juta sampai USD 500 juta. \"Memang besar. Saham yang dilepas (ke publik) juga bisa lebih dari 20 persen,\" ungkapnya di sela Investor Summit and Capital Market Expo 2014 di Jakarta, kemarin (17/9)
Dari sisi nilai IPO, Hoesen optimistis masih bisa mendekati realisasi tahun lalu. Terlebih ada Blue Bird yang melepas saham dalam nilai tinggi itu. Namun dari sisi jumlah emiten yang sejak awal tahun ditargetkan mendatangkan 30 perusahaan baru, menurutnya, kecil kemungkinan bisa tercapai. \"Batas waktunya kan akhir September ini kalau mau kejar listing di tahun ini. Lewat dari itu ya mundur ke tahun berikutnya. Ya kita hanya bisa berusaha dan berdoa,\" akunya.
Begitu juga dengan nilai penerbitan obligasi korporasi yang ditargetkan sebesar Rp 50 triliun. Target itu masih jauh untuk disentuh karena sejauh ini baru mencapai Rp 28 triliun walaupun berpotensi terus bertambah pada penghujung tahun ini.
Direktur Utama BEI, Ito Warsito, mengaku tidak terlalu khawatir dengan target jumlah emiten baru yang berpotensi tidak tercapai. \"Situasinya kan memang seperti kita semua tahu. Hanya saja di awal tahun memang saya tidak mau menurunkan target 30 emiten itu. Kalau tidak tercapai ya sudah. Sudah berusaha,\" kata dia.
Ito menilai kondisi ekonomi Indonesia tahun ini memang tidak terlalu baik sebagai dampak dari penurunan performa perekonomian Negara ini sejak pertengahan tahun lalu. \"Kondisi pasar modal kan terkait dengan kondisi ekonomi. Kalau mau membandingkan ekonomi kita sekarang itu dengan semester kedua 2013. Bukan dengan semester pertama atau dengan 2013 keseluruhan. Karena semester pertama 2013, paling tidak sampai April itu cukup bagus. Sejak Mei 2013, trade deficit membengkak. Transaksi berjalan membengkak. Tiba-tiba ekonomi kita seperti kolap. Nilai tukar dari Rp 9900 per USD sampe Rp\" 12 ribu. Akibatnya suku bunga harus dinaikkan oleh BI (Bank Indonesia). Dan kondisi ekonomi kita sekarang juga belum berubah,\" ulasnya.
Atas dasar itu BEI juga akan menurunkan secara resmi target rata-rata nilai transaksi perdagangan saham di tahun ini dari semula Rp 7 triliun. \"Semester kedua 2013 itu rata-rata nilai transaksi saham Rp 5,5 triliun. Semester satu tahun ini sekitar Rp 6,1 triliun. Kalau dilihat dari situ memang ada kenaikan. Tapi kemungkinan kita turunkan dari target Rp 7 triliun yang kita tetapkan di awal tahun ini,\" ucapnya.
(gen)