ULN Bank Merangkak Swasta Naik
JAKARTA-Hingga awal paro kedua tahun ini, kalangan perbankan masih agresif menarik utang luar negeri (ULN). Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN bank per Juli mencapai USD 29,16 miliar, atau tumbuh sebesar 7,41 persen dari bulan sebelumnya (month to month/mtm) sebesar USD 27,15 miliar. Akselerasi tersebut melebihi keseluruhan utang swasta yang tumbuh 2,08 persen (mtm).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, kontributor ULN bank terbesar datang dari bank swasta nasional. Jumlahnya mencapai USD 14,23 miliar, atau 48,79 persen dari total kue ULN bank. Kenaikan dari tahun ke tahun pun sangat tinggi. \"Pertumbuhannya secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 49,27 persen, dari USD 9,53 miliar pada Juli 2013,\" ungkapnya, kemarin (21/9).
Selain bank swasta nasional, bank campuran (joint venture bank) juga menarik utang yang cukup besar mencapai USD 8,83 miliar per Juli 2014, atau naik tipis dari USD 8,08 miliar per Juni 2014. Dibandingkan dengan tahun lalu, ULN bank swasta campuran juga mengalami kenaikan yang signifikan dari USD 6,47 miliar.
Sebaliknya, dua segmen bank yakni bank BUMN dan bank swasta asing justru membukukan penurunan ULN. ULN bank asing turun baik dari USD 2,48 miliar ke USD 2,53 miliar (yoy), juga dari USD 2,63 miliar (mtm). \"Sementara bank BUMN mencatat penurunan ULN dari USD 3,86 miliar per Juli 2013, menjadi USD 3,62 miliar per Juli 2014. Secara bulanan, ULN bank BUMN melandai dari USD 3,65 miliar,\" jelasnya.
Kendati ULN industri perbankan menguat, Tirta mengakui ada tren perlambatan ULN pada keseluruhan sektor industri. ULN swasta tumbuh 12,9 persen (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 12,2 persen (yoy). Namun di sisi bulanan, ULN swasta naik tipis 2,08 persen (mtm), dari USD 153,22 miliar menjadi USD 156,41 miliar.
\"Posisi ULN akhir Juli 2014 terutama terpusat pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas, dan air bersih. Komposisinya 78,3 persen terhadap total ULN swasta,\" ujarnya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini BI tengah mengkaji rasio utang terhadap aset valas. Salah satu opsi dalam penentuan kehati-hatian ULN antara lain maksimal utang valas sebesar 70 persen dari aset valas. Jika melebihi batas tersebut, maka korporasi harus melakukan hedging atau lindung nilai. \"Salah satu indikator bisa seperti itu. Sisanya harus\"hedging,\" ujar Mirza.
(gal)