Efek Kenaikan BBM
JAMBI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi mewin-win pemerintah daerah (Pemda) sejak dini. Agar Pemda mewaspadai adanya kenaikan penduduk miskin. Karena tahun ini juga rencananya BBM akan dinaikkan.
Jika penduduk banyak yang miskin, daya beli tentu akan turun. Akibatnya, produksi barang dan jasa turun. Sehingga, pertumbuhan ekonomi stagnan.
‘’Kenaikan BBM akan menimbulkan inflasi yang berujung pada peningkatan kemiskinan,’’ ungkap Kepala BPS Provinsi Jambi, Yos Rusdiansyah, kepada koran ini, kemarin.
Namun demikian, Yos mengatakan berkaca dari kenaikan BBM sebelumnya, meskipun turut menyumbang angka kemiskinan namun pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Untuk untuk antisipasinya pemerintah melalui perpanjangan tangannya harus dapat mampu mengendalikan menekan jumlah penduduk miskin dengan berbagai cara. Misalnya mengantisipasi bagaimana agar masyarakat menengah kebawah bisa mendapatkan penghasilan.
“Apakah melalui pekerjaan yang padat karya maupun bantuan yang bisa meningkatkan produksi agar bisa menjadi tambahan pemasukan,” bebernya.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis oleh BPS, data penduduk miskin dalam kurun waktu September 2013 sampai Maret 2014 di Provinsi Jambi terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 13,9 ribu jiwa yaitu dari 277,74 ribu pada September 2013 menjadi 263,80 ribu pada Maret 2014. Secara angka relatif terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 8,41 persen pada September 2013 menjadi 7,92 persen pada Maret 2014.
Jika dilihat dari sisi jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan lebih banyak dari pada di perkotaan. Pada Maret 2014 penduduk miskin perdesaan mencapai 163,68 ribu (65,05%) dari total penduduk miskin, dan di kota penduduk miskin 100,12 ribu (37,95%). Kondisi September 2013 penduduk miskin di perdesaan sebesar 172,82 ribu dan perkotaan sebesar 104,92 ribu. Hal ini berarti di perkotaan mau pun di perdesaan mengalami penurunan jumlah penduduk miskin.
“Penduduk Provinsi Jambi lebih banyak tinggal di perdesan, menjadi secara relatif persentase penduduk miskin di perkotaan lebih besar daripada penduduk miskin di perdesaan. Persentase penduduk miskin Provinsi Jambi pada Maret 2014 di perkotaan sebesar 9,85 persen sementara di perdesaan 7,07 persen,” tambahnya.
Sementara itu, Prof Dr Samsurizal Tan selaku pengamat ekonomi Jambi mengatakan salah satu kelompok yang merasakan beban atas keputusan naiknya BBM ini yakni kalangan petani. Sehingga pemerintah seharusnya memperhatikan nasib petani. Karena sebagian besar penduduk miskin di provinsi Jambi merupakan petani yang berada di daerah. Sementara, sumbangsih sektor pertanian terhadap perekonomian jambi cukup besar.
Ia menjelaskan, naiknya BBM akan menurunkan pendapatan masyarakat. Sehingga berpotensi untuk menurunkan kemampuan konsumsi masyarakat. Begitupun dampak multiflier lainnya yang berhujung pada inflasi. Dan kalau inflasi naik maka akan berdampak terhadap real income.
“Untuk kedepannya pemerintah harus betul-betul efektif dalam menggunakan anggaran kenaikan BBM ini,’’ tukasnya.
Dia juga berharap pemerintah kedepan bisa mengambil kebijakan yang strategis bagaimana pendapatan masyarakat bisa diambil dari non kenaikan BBM. Masih banyak potensi di Negara yang bisa dilakukan. Misalnya dari pajak, ekspor sehingga bisa jadi menekan efisiensi Negara.
“Sedangkan dalam lingkupan provinsi Jambi, pemerintah daerah harus betul-betul menggunakan APBD dengan lebih bijak sehingga dampaknya terhadap setor ril bisa lebih dirasakan,” tandasnya.
(run)