SURABAYA - Keberadaan holding BUMN di bidang perkebunan bisa mendorong anak perusahaan agar lebih fokus meningkatkan daya saing produk. Tidak hanya produktivitas, melainkan juga efisiensi.
Praktisi agribisnis dan Senior Advisor Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Adig Suwandi mengatakan holding memberi dampak positif bagi kinerja anak perusahaan. Sebab bisa meningkatkan kerjasama antar anak perusahaan, baik dalam hal pemasaran bersama, investasi, pengembangan usaha, dan produk derivat yang secara teoritik berpeluang meningkatkan posisi tawar (bargaining position).
\"Adanya aset dan akumulasi laba dari empat belas perusahaan pembentuknya memungkinkan BUMN Perkebunan mengakses dana dari luar lebih besar. Kapitalisasi yang besar penting untuk pengembangan usaha yang selama ini kurang terarah. Apalagi, ada anak perusahaan yang kesulitan pendanaan, seperti PTPN II dan PTPN XIV,\" terang Adig, kemarin (6/10)
Upaya untuk mendorong produktivitas dan efisiensi itu didukung dengan adanya lembaga penelitian. Di antaranya, di bawah holding terdapat PT Riset Perkebunan Nusantara sebagai kumpulan pusat penelitian yang dapat mengawal inovasi untuk menghasilkan teknologi lebih maju. Ditambah Lembaga Pendidikan Perkebunan yang berperan sebagai pusat diklat bagi sumber daya manusia.
\"Di sisi lain, keterlibatan Kementerian BUMN juga berkurang sejalan dengan dilimpahkannya kepemilikan saham pada holding. Dengan demikian, keputusan pemegang saham bagi anak perusahaan cukup dilakukan pada tingkat holding. Tapi memang untuk menjalankan holding diperlukan transisi yang tidak mudah, khususnya adaptasi budaya tiap-tiap perusahaan. Kendati demikian, kesejahteraan karyawan menjadi tujuan pembentukan holding,\" terang dia.
Untuk itu, BUMN perkebunan perlu belajar dari korporasi multinasional yang memiliki wilayah operasi seluruh dunia. Dengan demikian, ke depan tidak lagi menggunakan cara-cara pengendalian yang cenderung birokratis.
Menurut ia, salah satu persoalan yang harus dipecahkan ialah mendapatkan tebu sebagai bahan baku giling secara efektif dan efisien. Apalagi untuk mendapatkan tebu juga harus bersaing, karena keterbatasan lahan dan animo menanam petani yang terus merosot karena harga gula pasir yang tidak bersaing. \"Tinggal bagaimana, para petani pemasok tebu ini bisa terlayani dengan baik,\" katanya.
(res)