SKK Migas Minta APBN-P 2015 Diajukan

Selasa 21-10-2014,00:00 WIB

Untuk Ubah Target Lifting Minyak

JAKARTA-Resmi berjalannya pemerintahan baru direspons oleh beberapa tuntutan dari berbagai pihak. Salah satunya, terkait pengajuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 sektor energi sedini mungkin. Hal tersebut diperlukan karena beberapa target energi tahun depan dinilai sulit dicapai.

            Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Johannes Widjonarko berharap pemerintahan Jokowi bisa secepatnya mengajukan perubahan APBN-P tersebut. Menurut dia, hal tersebut diakui wajar dilakukan saat masa transisi pemerintahan yang baru. \"Kami harap momen ini bisa dimanfaatkan untuk mengajukan APBN-P 2015,\" kata Johannes, kemarin (20/10).

       Dia menerangkan, salah satu yang harus diubah dalam keputusan tersebut adalah target lifting minyak. Pada pembahasan RAPBN 2015 bulan lalu, usul lifting minyak pemerintah sebanyak 845 ribu barel per hari (bph) ditolak pemerintah. DPR malah mengetok target lifting 2015 menjadi 900 ribu bph. Itu berarti pemerintah harus menggenjot kenaikan lifting sebesar 10 persen dibanding target tahun ini yakni 818 ribu bph. \"Kalau soal optimisme, ya kami harus terus usahakan untuk mencapai putusan tersebut. Karena itu, berusaha untuk mencari potensi-potensi penambahan lifting minyak. Tapi, sampai saat ini kami baru mengumpulkan total 34 ribu bph saja,\" jelasnya.

       Tambahan tersebut, lanjut dia, terdiri dari beberapa langkah yang ditempuh. Misalnya, beberapa proyek pengembangan lapangan minyak yang bisa dipercepat. Potensi dari langkah tersebut diakui mencapai 15 ribu bph. \"Sisanya dari langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan tahun depan. Intinya, kami terus berusaha untuk terus mengumpulkan produksi-produksi tambahan,\" imbuhnya.

       Hal tersebut turut didukung oleh Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana. Menurutnya, menggenjot grafis lifting minyak bukanlah perkara mudah. Pasalnya, rata-rata natural decline rate (rasio penurunan alami, Red) dari sumur minyak di Indonesia mencapai 16 persen. Belum lagi, cadangan baru minyak makin susah ditemukan. \"Saat ini, memang area yang punya potensi sumur migas berada di wilayah timur. Kebanyakan potensi tersebut pun merupakan gas bumi. Kalau pun ada selain gas itu hanya kondensat yang menjadi produk sampingan gas bumi. Jadi, kedepan memang sulit untuk menemukan pasokan minyak,\" terangnya.

            Untuk sementara waktu, produksi minyak bakal meningkat karena tambahan produksi Blok Cepu sebanyak 145 ribu bph. Namun, kenaikan tersebut hanya bakal bertahun selama dua tahun. Produksi puncak diperkirakan pada 2016 dengan 905 ribu bph. \"Prognosa ini kami rancang dengan pertimbangan tak ada penemuan baru cadangan minyak,\" terangnya.

(bil/agm)

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait