JAKARTA-Obligasi Ritel Indonesia (ORI) masih menjadi portofolio idaman bagi para investor ritel. Hal ini terlihat dari tingginya minat investor pada instrumen investasi ini.
Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Robert Pakpahan mengatakan, sepanjang masa penawaran ORI 011 pada 1-16 Oktober lalu, jumlah total penawaran yang masuk mencapai Rp 21,33 triliun. “Dari jumlah tersebut, yang dimenangkan Rp 21,21 triliun,” kata Robert saat paparan hasil penjatahan kemarin (20/10).
Menurut Robert, ORI 011 ini memiliki tingkat kupon sebesar 8,5 persen per tahun dengan tanggal penerbitan 22 Oktober 2014 dan jatuh tempo 15 Oktober 2017. Para investor pemegang ORI 011 pun sudah bisa menikmati pembayaran kupon mulai 15 November mendatang. “Hasil penjualan ORI ini akan digunakan untuk pembiayaan APBN,” katanya.
Robert merinci, penjualan ORI 011 menjangkau 35.024 pemesan di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, ada 20.418 investor yang baru pertama membeli ORI. Artinya, basis investor ORI makin luas. “Pengembangan basis investor domestik memang menjadi salah satu agenda utama pemerintah,” ucapnya.
Robert mengatakan, sebaran investor juga lebih merata. DKI Jakarta memang masih menjadi wilayah asal investor terbesar atau hingga 39,8 persen. Adapun wilayah barat selain DKI mencatat pemesanan hingga 50,4 persen, sedangkan wilayah Indonesia bagian tengah dan timur mencatat pemesanan 9,9 persen. “Investor asal Indonesia tengah dan timur ini memang masih kecil, tapi porsinya sudah lebih tinggi dibanding saat ORI 010 yang hanya 7,4 persen,” sebutnya.
Dari sisi umur, ORI juga menjadi investasi favorit bagi para investor mapan dengan kelompok umur di atas 40 tahun. Total ORI yang diserap kelompok ini mencapai 72,9 persen dari total jumlah pemesan dan nilai pemesanan mencapai Rp 15,68 triliun. “Tentu, ke depan, kita juga mendorong agar investor muda juga bisa berperan lebih banyak dalam ORI ini,” ujarnya.
Yang menarik, kelompok ibu rumah tangga mencatat pembelian dalam jumlah besar, yakni hingga 15,71 persen atau sekitar Rp 3,3 triliun. Namun, pembelian terbesar tetap dicatat oleh kelompok wiraswasta yang mencapai 26,35 persen, lalu pegawai swasta 23,82 persen, serta PNS, TNI, Polri 6,52 persen, sisanya dari berbagai kelompok profesi. “Jumlah pemesanan terbesar pada rentang Rp 100 - 500 juta,” katanya.
(owi/agm)