Berburu Batu Luar, Khas Jambi Kurang Dilirik

Jumat 24-10-2014,00:00 WIB

Disisi lain, dengan hobi batu ini juga bisa dijadikan sumber pendapatan atau untuk bisni. Karena batu-batu ini punya nilai ekonomis. Di berbagai titik di Kota Jambi saat ini, banyak terdapat tempat asah batu.

Selain itu, bagi yang baru bermain batu yang belum begitu paham membedakan batu asli atau tidak, ia menyarankan lebih baik memulai dengan bahan sendiri daripada membeli batu yang telah diasah. Karena  saat ini juga banyak beredar batu sintetis.

“Kalau beli barang jadi susah menilainya dengan mata telanjang, apalagi pemula. Kalau mau beli, belilah kepada orang yang dikenal dan dipercaya. Mau mengetes batu ini bisa dengan banyak cara, misalnya bisa dibakar kalau bahannya ada campuran plastik, ada juga yang bahanya memang dari batu tetapi dilebur dan diolah lagi dan disuntik. Makanya kalau bisa carilah bahannya sendiri,” imbuhnya.

Kemudian, ia juga mengimbau agar tidak menaruh kepercayaan dengan batu, mengingat sebagian orang ada yang percaya dengan hal-hal mistis yang ada pada batu tersebut.

“Karena cara orang mengistimewakan batunya itu bermacam-macam cara. Jangan sirik, cukup jadi hiasan saja. Seperti batu badar besi, ada yang mengatakan kalau kita pakai jadi tahan pukul atau tahan tembak, itu bohong. Semuanya yang di Atas yang mengatur. Batu bukan segala-galanya,” katanya lagi.

Mengenai jenis batu yang dikoleksinya, pria yang berprofesia sebagai dokter ini mempunyai sedikitnya sekitar 30 jenis batu. “Tetapi itu saya menamai sendiri, mengoleksi sendiri dan mencari sendiri, tidak seperti batu banyak orang. Kalau pemula hobi yang bening, kalau kita hobinya bermotif dan ciri khas batu itu,” tandasnya.

Dari sekian banyak koleksi batunya, yang kelihatan sangat mencolok adalah batu Kecubung Jambi. Betapa tidak, ukuran batunya yang besar dan bisa memehuhi semua jarinya. Batu Kecubung Jambi dengan motif kristal lokan empat tingkat ini ia dapat bahan dari Sarolangun. Ini cincin terbesar di nusantara, bahkan mungkin di dunia.

Kolektor lainnya Kombes Pol Made Sutersen yang notabenenya juga merupakan Dirlantas Polda Jambi, mengatakan,  sebagai penyuka batu, ia mempunyai jadwal rutin untuk mencari batu di kawasan Candi Muarojambi, yakni setiap Jumat, pukul 16.00 Wib sampai pukul 18.00 Wib.

“Ke luar Jumat, dari sore sampai Magrib untuk mencari batu, di candi. Bawa air dan bekal lainnya,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.

Saat ini ia sudah mengoleksi 100 lebih batu cincin yang belum diikat, dan 150 lebih yang sudah diikat. Dari semuanya adalah batu yang berbeda jenis.

“Batu paling bagus itu tergantung selera masing-masing, dan hobi itu tidak ada harganya” ujar Made Sutersen yang sudah mengoleksi batu sejak tahun 1992 silam.

Dirinya mulai hobi batu, karena merasa tidak percaya dengan adanya gambar dan mistis dari batu. Hal itu membuat dirinya penasaran, suatu ketika Ia diberi batu bongkahan oleh seorang temannya dan mencoba untuk mengasah dan mencari cara membuatnya.

“Sorenya, saya langsung beli alat dan ngasah batu di rumah,” tuturnya.

Awalnya, dirinya merasa kesulitan, membuat tangannya berdarah. Hingga kini, Ia sudah terampil untuk mengasah batu sendiri tanpa membeli kepada orang lain. Dengan hal itu dirinya mengatakan ikut dalam setiap pameran batu.

“Mengasah batu sampai berdarah, karena konsentrasi ada pada waktu ngasah,” katanya. 

Berbeda dengan dr Sephelio, menurut Made, koleksi batu yang dimilikinya bukan sekedar batu hiasan, tetapi sudah diisi dengan kekuatan magic. “Pernah merasakan di luar kesadaran, waktu menangkap perjudian semua orang hanya diam dan tertunduk, itu ketika Saya menjadi Wakapolres di Ambon,” terangnya.

Tags :
Kategori :

Terkait