Dari Jual Batu, Dapat Beli Dua Rumah dan Mobil

Jumat 24-10-2014,00:00 WIB

MELAMBUNGNYA harga batu bacan dan obi telah mengangkat perekonomian masyarakat Ternate, Maluku Utara. Banyak yang beralih profesi menjadi pedagang batu tiban itu karena untungnya besar.  Beda dengan batu khas Jambi, bacan Ternate memang sudah mendunia.

Menurut Zaenal Sudirman, salah seorang pedagang, sejak ditemukannya tambang batu di Taman Dodoko Ali, batu bacan dan obi banyak dicari orang. Apalagi setelah tersiar kabar bahwa pada 2010 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan cenderamata kepada Presiden AS Barack Obama berupa cincin batu bacan.

 Batu bacan adalah jenis batu permata asli Indonesia. Batu yang punya varian warna biru muda serta hijau tua itu ditambang di Pulau Bacan dan Pulau Kasiruta. Batu bernama Latin chrysoprase chalcedony tersebut dijual dengan harga ratusan ribu sampai ratusan juta rupiah. Sedangkan obi adalah batu mulia yang hanya terdapat di Pulau Obi, Maluku Utara.

 ‘‘Saya biasa beli bongkahan batu bacan dan obi dari penambang langganan saya karena harganya lebih murah daripada yang sudah dibentuk,’‘ ujar Zaenal ketika ditemui Jawa Pos (induk Jambi  Ekspres, red) di Taman Dodoko Ali Sabtu lalu (18/10).

Meski baru membuka lapak pertengahan tahun lalu, sejak 2009 Zaenal telah berjualan batu bacan dan obi. Pria berusia 40 tahun itu biasa menjual batu-batu mulia yang sudah dibentuk tersebut lewat koneksinya di Jakarta.

 Sebelum menjadi penjual batu hias, Zaenal berprofesi sebagai wartawan di salah satu surat kabar di Ternate. Dia terpaksa meninggalkan pekerjaan lamanya setelah harga batu bacan dan obi melambung tinggi. ‘‘Kalau dihitung-hitung, memang lebih untung jualan batu daripada jadi wartawan. Sehari bisa dapat Rp 500 ribu sampai Rp 5 juta. Kalau dapat bacan bagus, bisa sampai Rp 10 juta,’‘ ungkap Zaenal. ‘‘

 Tak cuma mengandalkan penambang langganannya, terkadang Zaenal juga menerima dagangan dari para penambang lain yang datang. ‘‘Kalau dari mereka biasanya saya tawar dengan harga yang lebih murah dibanding dagangan dari penambang langganan,’‘ tambahnya.

 Setali tiga uang dengan Zaenal, Hamidah dan suaminya, Anwarudin, merasakan untung ‘‘besar’‘ dari profesi jualan batu bacan dan obi di Taman Dodoko Ali. Kehidupan keluarga Hamidah kini jauh lebih baik setelah fokus berjualan batu-batu mulia tersebut pada 2012.

 Dari dua lapak jualannya, Hamidah dan Anwarudin mampu membeli sebuah rumah lagi, tiga sepeda motor, serta sebuah mobil. Padahal, sebelum menjadi pedagang batu bacan dan obi, Anwarudin ‘‘hanya’‘ berkerja sebagai tukang ojek di Pasar Gamalama yang penghasilannya tidak tentu.

‘‘Batu bacan paling laku di sini. Karena itu, makin banyak orang yang berjualan dan mencari. Padahal, pada 2012 hanya ada sekitar sepuluh pedagang,’‘ ujar perempuan 56 tahun itu.

 Kini dari dua lapaknya Hamidah yang juga mengajak serta dua anaknya berjualan di Taman Dodoko Ali tersebut mampu mendapat penghasilan rata-rata Rp 10 juta setiap hari. Selain membuka lapak, dia mengirim dagangannya ke Jakarta, Jogja, dan Surabaya.  

(*/c5/ari)

Tags :
Kategori :

Terkait