Sekolah Tak Punya Buku, Fasilitas Minim
JAMBI - Pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13) di sekolah-sekolah yang ada di daerah masih terkendala. Salah satunya di kabupaten Tanjungjabung Timur. Dimana ketersediaan buku yang minim, sarana prasana tak menunjang, ditambah lagi dengan guru yang belum diklat.
Hal ini terlihat saat koran ini bersama Kadis Pendidikan Provinsi Jambi, Rahmat Derita memantau di SMAN 9 Tanjabtim, SMPN 7 Tanjabtim dan SDN 03 Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi.
Kepala SMAN 9 Tanjabtim, Azimi, SPd mengaku belum menerima buku K13 baik untuk guru maupun siswa. Pihaknya saat ini memanfaatkan CD K13 dari Diknas Provinsi Jambi sebagai salah satu bahan mengajar guru.
“Buku K13 sampai sekarang belum datang kesini, padahal janjinya bulan Oktober lalu. Jadi sampai sekarang belum maksimal implementasi K13 dan hanya 30 persen saja. Saat ini guru memanfaatkan CD K13 untuk mengajar K13,” ujar Azimi kemarin.
Hal yang sama juga diungkapkan guru MTK SMAN 9, Ahmad bahwa pihaknya saat ini memanfaatkan CD K13 sebagai bahan ajar. Selain itu pihaknya juga mengambil bahan dari buku lama dan materinya disesuaikan dengan materi K13.
“Selain itu kesulitan kita di sekolah karena sarana tidak memadai. Listrik baru dipasang tahun ini dan hanya untuk kantor guru saja. Infokus cuma satu untuk semua kelas, kalau pun harus menggunakan infokus harus pakai kabel yang panjang,” beber Ahmad.
Begitu juga yang dituturkan Meli Susanti, guru biologi SMAN 9 Tanjabtim. Diakuinya bahwa untuk mengimplementasikan K13 juga sangat sulit, karena labor yang mereka miliki apa adanya dan bercampur dengan ruangan lainnya.
“Bila siswa praktek maka alatnya di bawa ke kelas masing-masing. Harapan saya agar sarana prasana di sekolah dapat dipenuhi, agar proses belajar biar mudah,” pintanya.
Kepala SMPN 7 Tanjabtim, Kusbani, SPd juga mengakui bahwa pihaknya banyak mendapatkan kendala dalam menerapkan K13. Pertama masalah buku yang belum datang dan sebagian guru belum pernah ikut Diklat, terutama masalah penilaian yang sangat berbeda dengan sebelumnya.
“Ada 3 guru kita belum pernah ikut diklat dan yang honor semuanya belum diklat. Buku juga baru untuk siswa sedangkan guru belum datang. Bahkan beberapa mata pelajaran buku belum datang sama sekali,” aku Kusban kemarin.
Diakuinya bahwa presentase penerapan K13 baru 60 persen, karena banyak yang belum memahami tentang penilaian dan masih bingung. Makanya dibutuhkan diklat lebih banyak kepada guru, terutama tentang penilaiannya.
“Kita berharap Diknas kabupaten/kota untuk cepat mengatasi masalah ini. Setahu saya Diknas kabupaten hanya sekali menggelar diklat K13 saat libur. Untuk penunjang seperti multimedia sudah punya 4 infokus, jadi guru harus bergantian. Kita berharap bangunan fisik juga diperhatikan agar sarana dapat terbantu,” harapnya.
Begitu juga bagi SDN 04 Kuala Solok Tanjabtim, Darman Jobi juga mengakui bahwa sebagai sekolah induk, pihaknya masih merasakan bahwa sekolah yang ada dibawa binaannya masih perlu
“Buku K13 sudah terima semua, tapi buku agama belum. Jadi kita download dengan kualitas yang sangat memprihatinkan. Kendala yang dihadapi kita hadapi, guru silit buat RPP karena sudah berumur dan gaptek serta sulit berkonsentrasi,” akunya.