Sempat Berdoa untuk Marco Simoncelli di Tikungan 11

Senin 10-11-2014,00:00 WIB

 \"Saya tadi mengambil titik start di nomor satu. Sama dengan Marc Marquez (pembalap MotoGP, Red). Saya kan melintasi jalan yang juga dilalui Marquez dan Valentino Rossi. Ini rasanya Sony Hendarto tidak ada bedanya sama Marquez dan Rossi. Ha ha ha,\" kata Sony, yang bersama Jawa Pos Cycling pernah ikut tur bersepeda ke Prancis, Amerika Serikat, dan Italia.

 Liem Tjong San, dari Makassar, mengatakan tak pernah membayangkan bisa mendapat pengalaman seperti ini. \"Sejak dulu saya hanya bisa menonton Formula 1 dan MotoGP. Tidak pernah sedikit pun terbayang bisa berada di dalam sirkuit. Dan bukan hanya di dalam sirkuit, saya juga bersepeda mengitarinya,\" paparnya.

 Rata-rata peserta hanya keliling dua sampai lima putaran. Waktu lebih banyak digunakan untuk berfoto-foto di lintasan. Berhenti di hampir semua tikungan, lalu foto-foto sendiri atau bersama.

 Di antara yang menguji kemampuan dan melaju secepat mungkin, rata-rata mampu mencatat waktu sekitar 8 menit 15 detik per lap. Kecepatan rata-rata 40,5 km/jam.

 Tapi, itu bukan hal yang mudah, mengingat panjang dan lebar lintasan, naik turunnya, serta angin kencang yang menerjang di beberapa bagian. Ada dua tikungan, salah satunya tikungan 4, yang kemiringan tanjakannya mencapai 5 persen.

 Sebagai perbandingan, catatan waktu terbaik mobil F1 di Sepang sekitar 1 menit 34 detik. Rekor MotoGP sekitar 1 menit 59 detik!

 Minggu kemarin yang paling banyak berkeliling adalah \"Tonny\" Budianto Tanadi. Dia sepuluh kali mengelilingi sirkuit tersebut.

 \"Saya nikmati setiap lap perlahan-lahan. Saya tidak ngoyo (ngotot, Red). Saya pahami sirkuit ini sampai lama-lama saya hafal. Tidak terasa sudah sepuluh lap,\" kata Tonny, yang oleh rekan-rekan sepeda sering dijuluki Jorge Lorenzo karena keberaniannya bersepeda saat turunan dan menikung.

 Salah satu tikungan yang bikin penasaran peserta adalah tikungan 11. Yaitu, tempat tewasnya pembalap MotoGP asal Italia Marco Simoncelli pada lomba 2011. Saat keliling sirkuit, banyak yang bertanya-tanya, \"Di mana tempat Simoncelli tewas?\"

 Pada suatu saat, beberapa peserta berhenti di tempat tersebut. Lalu, berdoa bersama untuk Simoncelli.

 Minggu pagi itu ada satu lagi peserta datang bergabung. Dia adalah Khoiri Soetomo, ketua SRBC. Karena kesibukannya, Khoiri tidak bisa ikut acara touring penuh. Dia terbang dari Surabaya pada Minggu dini hari dan langsung ke Sepang untuk bergabung. Lalu, setelah makan siang, dia kembali ke bandara untuk terbang balik ke Surabaya.

 \"Saya terus terang sangat gembira melihat antusiasme dan semangat para peserta. Tidak semua orang bisa mendapat kesempatan seperti ini. Kita dari dulu hanya bisa mengagumi balapan dan bagusnya Sirkuit Sepang dari televisi. Sekarang bisa mengalami sendiri. Ini pengalaman yang tidak terbeli, bisa jadi hanya sekali seumur hidup. Benar-benar priceless,\" tandas Khoiri.

 Susanti Sutrisno, istri Teddy Moelijono, penasihat SRBC, merasa acara tersebut lebih spesial. Sebab, dia tidak hanya bersepeda dengan sang suami, tapi juga bersama putra pertamanya, James Ignatius Moelijono.

 \"Acara SRBC selalu seru buat seluruh keluarga. Para istri bisa ikut, baik untuk ikut gowes maupun hanya menjadi suporter. Saya selalu berusaha untuk gowes juga, baru kalau tidak kuat hanya jadi pendukung,\" ujarnya.

 Bagi para peserta, yang paling terasa dari Sepang adalah permukaan lintasan yang begitu mulus. \"Dari kayuhan pertama sudah terasa mulusnya,\" kata Candra Irawan, bendahara SRBC.

 Walau mulus, permukaannya juga terasa \"grippy\" alias menggigit. Tekstur aspalnya membuat ban terasa lengket dan juga terasa kalau bakal membuat ban cepat habis.

Tags :
Kategori :

Terkait