FENOMENA gejolak pasar seperti yang terjadi saat ini diperkirakan Bank Indonesia Provinsi Jambi hanya berlangsung satu semester. Dan kemudian pulih kembali ke posisi normal.
Deputi perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Poltak Sitanggang mengungkapkan, kenaikan harga BBM kali ini turut menekan angka inflasi yang awalnya diperkirakan akan mencapai 4,5 sampai 5 persen. Hingga akhir tahun akan berada di kisaran 7,5 sampai 6,5. Namun dari sisi sasaran maksimal mencapai 8 persen.
“Kita memperkirakan akan ada tekanan kenaikan di kisaran 2 persen dengan ,” ujarnya, kemarin.
Angka inflasi tersebut lebih disumbang oleh sektor volatile food akibat adanya biaya operasional yang meningkat. Dan sektor yang paling mengena langsung yakni sektor transportasi yang imbasnya ke berbagai sektor lainnya. Sementara untuk sektor investasi dan perhotelan menurutnya meskipun berdampak namun tidak terlalu berpengaruh secara langsung.
Namun yang menjadi poin penting dengan mulai dikuranginya beban subsidi BBM oleh pemerintah maka artinya negara akan lebih menekan angka pengeluaran dengan mengerem pengeluaran negara sekitar Rp 200 triliun untuk BBM. Secara fundamental defisit akan semakin mengecil artinya
Dari sisi perbankan, dengan adanya kenaikan inflasi maka ada kecendrungan BI akan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate. Artinya akan terjadi penurunan jumlah pembiayaan investasi dan kredit ke masyarakat.
Ditanya mengenai peningkatan kredit macet yang akan dialami oleh perbankan, ia mengatakan tak dapat dipungkiri adanya kenaikan BBM ini turut andil memperparah kondisi ekonomi terutama pada petani. Dalam jangka pendek. Apalagi sekarang harga komoditi masih sangat rendah. Sehingga salah satunya akan berdampak terhadap kredit macet.
“Tapi kenaikan inflasi ini tak serta merta meningkatkan angka inflasi. Hanya saja kondisi saat ini memang harga komoditi di kalangan petani masih rendah dan diperkeruh dengan adanya kenaikan harga BBM maka ada kemungkinan akan berdampak terhadap kredit macet,” tambahnya.
Dari kenaikan BBM, yang berimbas langsung yakni ke sektor transportasi. Untuk sektor lainnya tak berpengaruh langsung.
Sementara itu, beberapa hotel yang beroperasi di jambi menyebutkan untuk kenaikan BBM meskipun ikut menerima imbas atas kenaikan harga BBM. Namun dampak yang dirasakan tidak secara langsung. terhadap industri perhotelan.
“Memang akan terjadi peningkatan biaya operasional. Namun ini belum secara langsung berpengaruh,” ujarnya.
Dikatakannya, tak menutup kemungkinan kedepannya pihak hotel akan menaikkan harga kamar. Namun itu belum diwacanakan sampai saat ini. menurutnya untuk saat ini pihaknya tengah gencar melakukan promosi mengingat persaingan di bidang investasi kian menggeliat sehingga banyak pertimbangan apabila pihaknya akan menaikkan harga kamar.
Serupa pihak manajemen Grand Hotel melalui Tri Bagian Operasional juga saat ditanya mengenai dampak kenaikan BBM terhadap industri perhotelan mengatakan pihaknya tak langsung menaikkan tarif harga kamar, meskipun secara operasional terjadi peningkatan biaya operasional.
“Ada manajemennya. Sampai saat ini belum ada rencana akan naik hingga akhir tahun. Mungkin kalaupunterjadi kenaikan akan diterapkan tahun depan,” tandasnya.
(run)