Bank Industri Terbentuk 2016

Selasa 25-11-2014,00:00 WIB

Solusi Bunga Rendah untuk Dunia Usaha

 JAKARTA-Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dari 7,50 persen menjadi 7,75 persen diprediksi bakal membuat suku bunga perbankan semakin tinggi. Solusinya, pemerintah berencana mendirikan bank khusus yang bisa memberikan bunga rendah bagi industri.

      \"Selama ini bank lebih memilih memberi pinjaman ke sektor ritel karena industri baliknya (return of investment/RoI) lebih lama. Akibatnya pelaku usaha di sektor industri sulit mendapatkan modal jangka panjang. Itu awal ceritanya sampai kita usulkan agar dibentuk Bank Industri,\" ujar Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari di kantornya kemarin (24/11).

      Lembaga keuangan itu nantinya akan menawarkan bunga pinjaman yang lebih rendah dibanding perbankan pada umumnya. Sebagai gambaran, suku bunga bank saat ini rata-rata diatas 12,5 persen. Diharapkan, dengan adanya Bank Industri itu kebutuhan modal jangka panjang bisa didapat dari dalam negeri. \"Selama ini kalau mereka susah (dapat kredit) di dalam, larinya ke luar (bank asing-red),\" katanya.

      Mengenai modal pembentukannya, Anshari mengaku belum mendapat kepastian. Namun pihaknya sudah mengusulkan agar Bank tersebut mendapat suntikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).\"Saya belum tahu detilnya. Bisa seperti bank pembiayaan ekspor, karena itu sifatnya jangka panjang, ada resiko gagalnya juga. Kalau swasta tentu mikir-mikir,\" tambahnya.

      Pada 2015 nanti program pembentukan lembaga pembiayaan khusus industri itu akan dibahas di Prolegnas (Program Legislasi Nasional). Dengan begitu, diharapkan bank industri sudah bisa didirikan dalam dua tahun kedepan atau 2016.\"Naskahnya sudah selesai, tahun depan masuk Prolegnas, setelah itu baru bisa dibentuk. Industri tidak lagi kesulitan cari modal,\" ungkapnya.

      Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Benny Soetrisno mengatakan, lembaga pembiayaan khusus industri nantinya akan mirip dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), atau yang lebih dikenal dengan Exim Bank. \"Konsep pembentukannya sudah lama, tapi semoga nanti terealisasi. Itu mirip Exim Bank tapi fokus ke industri,\" kata mantan Staf Ahli Menteri Perindustrian ini.

      Menurut Benny, selama ini bank nasional sudah mengucurkan pembiayaan ke industri namun terbatas di sektor hilir yang kebutuhan dananya kecil. Sementara sektor hulu masih kesulitan mendapat pinjaman dengan nilai yang besar. Padahal sektor hulu perlu dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.\"Sektor industri hulu perlu dukungan,\" jelasnya.

(wir/agm)

Tags :
Kategori :

Terkait