Baru Rasakan Dapat Uang setelah Lima Tahun

Rabu 26-11-2014,00:00 WIB

Perjalanan Ockto Ryanto Parlaungan Mengejar Cita-Cita Jadi Komikus

 Sebagai bagian dari industri kreatif, buku komik termasuk belum mendapat tempat yang  layak di tanah air. Meski demikian, sejumlah komikus lokal terus berjuang walaupun harus jatuh bangun menahan gempuran komik-komik asing. Salah satunya Ockto Baringbing.

 DIAN WAHYUDI, Jakarta

SAMBIL mengacungkan pedang di tangan kanan, Jenderal De Kock yang berada di atas benteng berteriak memerintah pasukannya untuk menembak. Moncong-moncong meriam yang sudah diarahkan ke sasaran seketika menyemburkan peluru-peluru berbentuk bola.\" \" \"\"

 Di sisi berlawanan, Pangeran Diponegoro memberikan instruksi yang sama. Di atas kuda yang mengangkat dua kaki depannya, Diponegoro menyeru pasukannya untuk menyerbu. Keris di tangan kanannya diacungkan ke arah pasukan Belanda.\"

 Perang sengit pun terjadi. Dari sisi kekuatan, tentu saja pasukan Belanda di atas angin. Banyak pasukan Pangeran Diponegoro yang berguguran karena terkena tembakan meriam dan senapan laras panjang tentara kolonial.\"

 Namun, tiba-tiba ada pemandangan aneh. Di antara dua pasukan yang sedang bertempur dengan kekuatan yang tidak seimbang, ada lima anak siswa SMP yang panik dan bingung. Penampilan mereka tampak kontras. Model baju yang dikenakan berbeda dengan pakaian yang dikenakan pasukan Pangeran Diponegoro ataupun tentara Belanda. Mereka berpakaian layaknya anak sekarang yang sedang bermain.

 Lima anak itulah yang kemudian menjadi tokoh sentral komik Merdeka: Di Bukit Selarong karya Ockto Baringbing, komikus muda asal Jakarta, tersebut.\"Cerita ber-setting situasi Perang Diponegoro (1826\"1830), namun alurnya sedikit \"menyimpang\" dari perjalanan sejarah yang sebenarnya.

 Secara garis besar, lima murid SMP Sangsaka itu digambarkan melompat ke zaman perjuangan Pangeran Diponegoro setelah mendapat tugas membuat makalah dari gurunya.

 \"Saya ingin mengajak pembaca menengok kembali sejarah dengan cara yang lebih menarik. Caranya ya dengan komik Merdeka ini,\" kata Ockto \"Baringbing\" Ryanto Parlaungan saat ditemui di rumahnya, Kampung Curug, Jakarta Timur, Senin (17/11).

 Komik dengan tema besar sejarah perjuangan Indonesia melawah penjajah tersebut merupakan salah satu karya awal pria kelahiran Jakarta itu. Komik tersebut dicetak pada 2009 dan dipasarkan secara luas.

 Perjalanan Ockto dalam berkarya tidak ditempuh dengan mudah. Jatuh bangun dirasakannya sejak kali pertama memutuskan menekuni dunia komik sesaat sebelum lulus kuliah.

 Berawal dari prestasi menjadi juara pertama Pekan Komik Nasional 2006 yang diadakan UK Petra, Surabaya, Ockto langsung menancapkan cita-cita untuk menempuh jalan sepi sebagai komikus. Bersama dua rekannya sesama mahasiswa Desain Komunikasi Visual ITB, Bagus Seta dan Miftah Bayu, Ockto bertekad untuk tidak mencari pekerjaan dulu setelah lulus kuliah.

 Benar saja, setelah lulus pada 2007\"2008, ketiganya kemudian berkonsentrasi menghasilkan karya-karya komik. Mereka menjadikan kamar Ockto sebagai semacam workshop. Mulai Senin hingga Jumat mereka bekerja keras di kamar yang dinding-dindingnya dipenuhi poster komik tersebut. \"

 Ockto berperan sebagai penulis cerita dan membuat storyboard (alur cerita bergambar kasar). Sedangkan dua rekannya berperan sebagai ilustrator. \"(Pekerjaan) itu kami jalani sekitar setahun. Sebagai anak-anak muda, kami sangat menggebu-gebu waktu itu,\" kenang Ockto, lalu tertawa.

Tags :
Kategori :

Terkait