Penerimaan Pajak Digenjot
JAKARTA- Semangat untuk menggali sumber-sumber penerimaan pajak baru terus dikobarkan. Hal ini dikarenakan pada 2015 mendatang, Pemerintah menargetkan untuk mengerek kontribusi pajak, guna menambal defisit anggaran yang selama ini ditutup dengan utang.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, tahun depan pihaknya optimistis realisasi defisit anggaran turun ke level 2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Patokan target tersebut lebih rendah ketimbang yang tercatat pada anggaran pendapatan belanja negara (APBN) 2015 yang sebesar 2,21 persen terhadap PDB, maupun APBN Perubahan (APBN-P) 2014 yang mencapai 2,40 persen terhadap PDB.
\"Dampak positifnya banyak kalau penerimaan pajak sudah optimal,\" ungkapnya kemarin (26/11). Dengan total pendapatan negara sebesar Rp 1.793,6 triliun ada APBN 2015, penerimaan pajak masih mendominasi sebesar 67 persen atau sebesar Rp 1.201,7 triliun. Sebaliknya, penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 410,3 triliun, atau berkontribusi 23 persen. Sementara penerimaan dari Kepabeanan dan Cukai sebanyak Rp 178,3 triliun dengan komposisi 10 persen. Sisanya, penerimaan dari hibah mencapai Rp 3,3 triliun.
Sayangnya, Bambang masih enggan memaparkan angka pasti target defisit anggaran yang bakal digodok pada APBN-P 2015 mendatang. \"Yang jelas, upaya peningkatan pajak terus kami lakukan. Tahun depan pegawai pajak akan kami tambah,\" ujarnya.
Sementara itu, untuk menutup defisit anggaran, Pemerintah diperkirakan masih mencari pembiayaan yang bersumber dari luar negeri. Awal tahun depan, Pemerintah berencana untuk menerbitkan tiga obligasi berdenominasi valuta asing (valas). \"Kami siapkan financing untuk 2015. Namun juga tetap mengantisipasi perubahan (situasi ekonomi) di Amerika Serikat,\" ujar Bambang. Jumlah pembiayaan yang dipatok pemerintah pada APBN 2015 mencapai Rp 245,9 triliun.
Bank Indonesia (BI) mencatat, Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir September 2014 sebesar USD 292,3 miliar, meningkat USD 6,1 miliar atau 2,1 persen dibandingkan dengan posisi akhir kuartal dua 2014 sebesar USD 286,2 miliar. Pada periode September, posisi utang pemerintah mencapai USD 125,41 miliar. Atau naik signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) sebesar USD 113,59 miliar.
(gal)