JAMBI- 2015 memang menjadi tahun yang kurang menggembirakan bagi sektor jasa perbankan di Jambi, salah satunya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pasalnya, sepanjang tahun ini, BPR mengalami pertumbuhan yang tidak memuaskan dibanding tahun sebelumnya.
Dimana pada periode Desember 2014 hingga September 2014 BPR mengalami penurunan aset sebesar 0,94 persen atau dari Rp 750,52 miliar menjadi Rp 757,62 miliar di Desember 2014.
Untuk itu, Ketua Perbarindo Jambi, P.H.A Manik menghimbau kepada seluruh BPR agar dapat membidik sektor lain, salah satunya industri kreatif.
Sejauh ini, BPR di Jambi masih di dominasi oleh sektor perkebunan. Perbandingannya sebesar 60 persen dikuasi sektor perkebunan, sementara 40 persen dikuasai sektor lain yang terdiri dari perdagangan, jasa, industri kreatif dan lainnya.
“Kondisi 2015 memang BPR banyak mengerem pencairan kredit terutama untuk perkebunan karet . Ditahun depan BPR diharapkan bisa menggeser penyaluran kredit dari sebelumnya lebih kepada sektor perkebunan kini kepada sektor perdagangan dan industri kreatif,” kata P.H . Manik kemarin.
Untuk penyaluran kredit memang mengalami peningkatan ,meski tidak signifikan yakni hanya sebesar 0,16 persen. dengan nominal penyaluran kredit sebesar Rp 529,41 miliar, jumlah ini naik dibanding Desember 2014 lalu yakni Sebesar Rp 528,55 miliar.
Sementara itu, untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BPR di Jambi juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,92 persen. Dari total DPK tahun sebelumnya sebesar Rp 575,71 miliar menjadi Rp 592,51 miliar hingga September 2015.
“Posisinya BPR sekarang sudah mulai wanti-wanti untuk memberikan kredit kepada sektor perkebunan. Namun memang ada peningkatan penyaluran kredit dimana jika diperhatikan penyaluran kredit diperkebunan ini diberikan untuk nasabah lama yang mengambil kredit kembali,” ungkapnya.
“Kalau untuk perkebunan sawit masih memungkinkan, namun untuk karet seperti BPR harus hati-hati dalam memberikan pinjaman. NPLnya juga sudah agak tinggi mendekati 5 persen,” sebutnya.
Untuk LDR yang dialami oleh BPR Di Jambi hingga periode September 2015 ini mencapai 74,63 persen turun sebesar 1,54 persen. Penyebab penurunan LDR ini karena penyaluran kredit menurun lebih rendah dari DPK.
Untuk memperkuat pertumbuhan BPR ditahun depan, Manik menghimbau kepada seluruh BPR yang ada di Jambi untuk melakukan berbagai strategi. Mulai dari penguatan modal supaya dapat bersaing dengan perbankan umum lainnya.
Selain itu, BPR juga diharapkan bisa mencarai sektor penyaluran kredit lainnya yang potensial. Termasuk ketika tahun 2016 sudah menghadapi MEA, maka sektor usaha perdagangan, UMKM dan industri kreatif bisa menjadi sektor yang potensial jika dibandingkan dengan sektor perkebunan yang hingga kini harga komoditas di Jambi masih menurun .
“Porsi untuk penyaluran kredit ke perkebunan juga akan dikurangi, “ tegasnya.
(yni)