Kumpulkan Tanda Tangan Semua Kepala Daerah
Ritua jalan kaki yang dilakukan Indra Azwan ini bukan kali pertamanya. Ini merupakan kali ke enam. Aksi pertama 2010 silam. 2012, Indra sudah pernah mampir di Jambi. Apa yang ia lakuakan bukan mencari sensasi. Dia meminta keadilan kepada Pemerintah dan penegak hukum atas kasus yang menimpa anaknya.
M Hafiz Alatas
INDRA Azwan, Warga Blimbing, Malang, Jawa Timur, terus mencari keadilannya atas kasus tabrak lari yang menimpa anaknya, Rifki Andika (12), tahun 1993. Proses pencarian keadilan sudah dilakukan 23 tahun lamanya. Jumat (18/3) dia sampai di Kota Jambi meminta tanda tangan Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli. Sebelum melanjutkan perjalananya ke Provinsi Bengkulu, (20/3) kemarin dia menyempatkan diri istirahat sejenak di Graha Pena Jambi Ekspres.
Ritual jalan kaki dari Sabang sampai Merauke ini kembali dilakukan karena kasus yang menimpa anaknya itu menggantung. Dia menuntut keadilan dengan Pemerintah dan penegak hukum yang ada di Indonesia. Penampilannya tak jauh berbeda ketika aksi jalan kaki 2012 lalu. Dia mengalungkan tulisan ‘Kepada MA, berapa harus saya menebus putusan salinan’. Bendera merah putih tetap dibawa. Pakainnya sudah lusuh.
Aksi jalan kaki ke enam ini dimulai 9 Februari lalu. Pria tiga anak ini memulai langkahnya dari Banda Aceh-Medan-Pekanbaru-Tanjung Pinang, Padang-Jambi. “Jambi Provinsi ke lima. Setiap Provinsi Saya minta tanda tangan kepala daerah. Gubernur Jambi hari Jumat,” akunya.
Aksi pertama pada 9 Juli 2010 dan tiba di Istana Negara 22 hari kemudian. Aksi ke dua pada 27 September 2011 melalui jalur selatan, tapi tak sampai ke Istana karena ia sakit. Disusul aksi ketiga kalinya pada 18 Februari 2012 dan lagi-lagi dengan berjalan kaki, dan kembali tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
10 Agustus lalu, Indra mengaku sempat bertemu Presiden RI, SBY, dan menceritakan nasibnya. Dari pertemuan itu, hanya janji manis yang ia dapatkan. Karena itu, 2015, Indra kembali melakukan aksi jalan kaki ke Makkah. Aksi ini memang tak masuk akal sehat. Ia mengaku, jalan kaki menju Makkah merupakan pengaduan terakhirnya kepda Alllah agar apa yang terjadi pada dirinya bisa dibukakan jalan.
Perjalanan ke Malang-Makkah membutuhkan waktu 1 tahun 25 hari. Dalam perjalanan Indra selalu mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia. Tidak ada kendala ataupun hambatan yang berarti selama dalam perjalannan. ”Ini demi Indonesia, walaupun terkhusus untuk keluarga Saya, Saya mengingatkan kepada penguasa agar memeperhatikan rakyat kecil, tidak lagi mementingkan kepentingan kelompok. Keadilan itu harus ditegakkan, jangan tajam ke bawah tumpul ke atas,” pintanya.
Dia tak akan menghentikan aksinya, kecuali ada yang menghalang dalam perjalanan. Dipanggil Jokowi atau dipanggil tuhan diberi keadilan di ahirat. “Saya minta keadilan,” tegasnya.
Aksi ini dilakukan bermula dari tragedi tabrak lari yang terjadi 8 Februari 1993 lalu. Anak sulungnya Rifky Andika waktu itu masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) waktu itu hendak menyeberang jalan di depan rumah di Malang. Saat menyebrang, anaknya ditabrak oleh mobil, tetapi mobil tersebut tidak berhenti, mobil tersebut melintas begitu saja, setelah di selidiki ternyata pengendara mobil tersebut adalah seorang Polisi bernama Joko Sumantri.
\"Aksi ini Saya lakukan karena Pelaku Tabrak lari tersebut tidak tersentuh oleh hukum hingga sekarang, oleh karenanya Saya mencari keadilan ke seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke\" sambung Indra.
Kasus ini sebenarnya pernah disidik oleh Makamah Militer (Mahmil) pada tahun 1999, akan tetapi hanya dihukum Penundaan Pendidikan selama 6 Bulan, lalu tahun 2006 kasus ini disidangkan lagi dan tahun 2008 juga disidangkan di Malang, namun hasilnya lagi lagi tidak sesuai yang diharapkan, pengadilan memutuskan kasus tersebut sudah kadaluarsa.
“Saya sudah jumpa Presiden RI pada saat itu Bapak SBY, beliau berjanji akan menyelesaikan kasusnya, akan tetapi kasusnya juga tidak jelas, bahkan Bapak SBY memberikan saya uang sebesar 25 Juta Rupiah yang saya juga tidak mengerti uang itu untuk apa, uang tersebut saya kembalikan lagi ke Presiden,\" tambah Indra, \"Yang saya inginkan hanyalah Keadilan,\" tegasnya.
Keluarga Indra, di malang, ia memiliki satu orang istri dan 4 orang anak. Kebutuhan keluarga dihudupkan dari warung miliknya yang saat ini di kerjakan oleh Istri dan dibantu anaknya. ”Sekarang anak Saya tinggal 3, yang pertama, Rifki andika pada saat itu umur 12 tahun,” akunya.