Depati Parbo dan Hikayat Perang Kerinci

Kamis 01-03-2018,00:00 WIB

Nah, sewaktu memimpin 30 hulubalang menyergap serdadu kompeni di Renah Manjuto, Kerinci bagian Selatan, Depati Parbo berusia 64 tahun.

Akibat sergapan itu, Belanda naik pitam. Sejurus waktu kemudian, Belanda datang lagi. Kali ini mereka menyerang Kerinci dari tiga penjuru. Indrapura, Muko-Muko dan Jambi.

“Depati Parbo keliling Kerinci membakar semangat rakyat agar bersatu menghadapi serangan Belanda,” kisah Pak Is.

Pasukan Belanda yang dari Jambi mulai menduduki Batang Merangin, Pulau Sangkar dan Sanggaran Agung. Yang dari arah Muko-Muko dan Indrapura mulai menduduki Sungai Penuh, Rawang, Semurup dan Siulak.

Rawang dijadikan Belanda markas besar

Depati Parbo beserta pasukannya berada di Dusun Lolo Kecil. Belanda mengincar.

Untuk sampai ke Lolo Kecil, Belanda harus lebih dahulu menguasai Pulau Tengah.

Pertengahan 1903, Belanda menggempur Pulau Tengah. Namun dihalau oleh rakyat setempat yang dipimpin Haji Ismael dan Haji Saleh.

Tiga kali Belanda menyerang Pulau Tengah. Tiga kali pula serangan itu dipatahkan rakyat.

Setelah enam bulan perang, pada akhir 1903, Haji Saleh gugur ditembak setelah membunuh berpuluh-puluh opsir Belanda. Pulau Tengah jatuh ke tangan Belanda.

Kini, Belanda memfokuskan serangan ke Lolo Kecil, basis perjuangan rakyat Kerinci yang dipimpin Depati Parbo.

Pertempuran Lolo

Pecahlah pertempuran. Meski persenjataan pihak Belanda lebih mumpuni, perang berlangsung sengit. Berhari-hari.

Bersenjatakan keris, pedang dan tombak, kawanan Depati Parbo menguasai medan laga.

Eh…belakangan terjadi laga satu lawan satu. Gamang mana lawan mana kawan. Di pihak Belanda, mulai banyak juga “orang kita”.

Tags :
Kategori :

Terkait