Sampai saat ini, sudah puluhan tahanan KPK yang dikawal Waluyo. Mayoritas adalah tokoh besar. Antara lain, Anas Urbaningrum (mantan ketua umum Partai Demokrat), Aulia Pohan (mantan deputi gubernur Bank Indonesia), serta Djoko Susilo (mantan Kakorlantas Polri).
Berbeda dengan posisi koordinator administrasi penuntutan, tugas sebagai waltah memang lebih menantang. Sebab, waltah sering bersinggungan langsung dengan tahanan dan pendukungnya. Misalnya, saat mengawal Puteh dalam sidang. Waluyo tidak jarang bergesekan dengan pendukung pejabat yang sudah bebas dari Lapas Sukamiskin, Bandung, pada 2009 tersebut.
Risiko gesekan dengan pendukung itu paling sering dihadapi Waluyo selama menjadi waltah. Bahkan, lebih dari dua tahun tugas itu diemban sendirian. Pada tahun ketiga dia bertugas, baru ada backup pengawal dari personel Brimob. ’’Yang jelas, niat saya kerja. Orang-orang (pendukung fanatik) begitu kalau dimusuhi, malah ngantem (memukul),’’ ujar pria yang tinggal di Bekasi itu.
Bukan hanya gesekan, ada risiko lain dari pendukung yang kerap mengancam. Bahkan lebih ekstrem. Yakni, serangan klenik atau ilmu hitam. Pengalaman magis itu beberapa kali dialami Waluyo. Salah satunya ketika mengawal Syaukani Hasan Rais, mantan bupati Kutai Kartanegara (Kukar), dalam sidang kasus korupsi pembebasan lahan Bandara Loa Kulu pada 2007.
Waluyo menceritakan, kala itu pintu ruang sidang diduga diberi rajah atau jimat oleh pendukung ayah Rita Widyasari (bupati Kukar yang kini juga tersangka KPK) tersebut. Akibatnya, pengunjung sidang, terutama petugas KPK, yang melewati pintu itu tiba-tiba merasakan sesuatu yang ganjil yang masuk ke dalam tubuh. ’’Rasanya mak jleb, masuk ke bawah,’’ ujarnya mengingat kejadian magis itu.
Setelah ditelusuri, serangan magis tersebut diduga berasal dari salah satu pegiat supranatural ternama tanah air. Pengalaman serupa pernah dirasakan Waluyo ketika mengawal mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
’’Tapi, modelnya (rajah) tidak ditonjolkan. Hanya, kalau dirasa, ada,’’ tutur pria berkumis tebal itu.
Meski demikian, mayoritas tahanan KPK bersikap baik selama dikawal Waluyo. Bahkan, ada yang sampai ’’ketagihan’’ dengan pelayanan pria kelahiran Kota Madiun tersebut. Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat M. Nazaruddin, misalnya, sampai tidak mau keluar rutan apabila yang menjemput bukan Waluyo. ’’Kalau yang jemput selain saya, bisa dua jam nggak mau keluar rutan,’’ celetuknya lantas tertawa.
Waluyo pun punya resep khusus dalam melayani para tahanan KPK. Pada awal-awal masuk kendaraan tahanan, dia selalu membuat kesepakatan dengan tahanan. ’’Saya bilang, ’Bapak, kalau Bapak baik, sopan, saya akan lebih baik. Tapi, kalau Bapak neko-neko, saya akan lebih bisa neko-neko,’’ujarnya. ’’Makanya mulai awal sampai akhir gampang proses penjemputannya,\" imbuhnya, lantas tersenyum.
Meski tugasnya berisiko, Waluyo menyatakan tidak khawatir dengan keselamatan pribadi maupun keluarga. Kuncinya, selalu bekerja dengan baik dan tidak neko-neko. Juga, selalu menjaga integritas. Misalnya, menolak pemberian hadiah atau janji dari tahanan atau pihak-pihak lain.
’’Kalau panjang umur, saya mau (bertugas di KPK) sampai pensiun 2024,’’ ungkap penggemar bulu tangkis itu.
(*/c5/oki)