Menurut Sekjen PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) itu, saat ini PDI Perjuangan masih menjalin komunikasi intensif dengan seluruh parpol pendukung pemerintah ataupun yang di luar pemerintahan. Jadi, cawapres yang nantinya diusung merupakan hasil kesepakatan bersama semua partai pengusung.
Gus Falah, sapaan akrab Nasyirul Falah Amru mengatakan, partai banteng sendiri juga mempunyai kader-kader potensial yang bisa diusung cawapres. “Tapi, semua keputusan ada di tangan Bu Megawati sebagai ketua umum PDI perjuangan. Kami tegak lurus perintah beliau,” tutur anggota badan pemenangan (BP) pemilu DPP PDIP itu.
Dalam menghadapi tahun politik, lanjut legislator asal dapil Jatim X itu, semua pihak harus mengutamakan kepentingan nasional dengan berpikir jernih dan bersikap santun dalam berpolitik. Jangan sampai karena urusan pilkada dan pemilu, kemudian kondisi bangsa menjadi gaduh.
Habiburokhman, ketua DPP Partai Gerindra mengatakan, partainya menghormati langkah politik yang dilakukan Jokowi dan Airlangga. Keduanya mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pemilu. “Kalau Airlangga jadi cawapres Jokowi, ya woles-woles saja,” kata dia saat ditemui usai diskusi di salah satu hotel di Jalan Cikini.
Saat ini, Partai Gerindra juga sibuk menyiapkan deklarasi Probowo Subianto sebagai capres. Semua daerah, bahkan semua ranting mendukung ketua umum Partai Gerindra sebagai capres. Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa keputusan mengusung mantan Danjen Kopassus itu bukan dari elite partai, tapi langsung dari bawah.
Dukungan secara tertulis sudah disampaikan, sekarang tinggal acara deklarasi. Rencananya, ujar dia, deklarasi akan dilakukan pada akhir bulan ini atau awal April mendatang. Pengumuman akan dilakukan satu paket dengan cawapresnya. Siapa yang akan mendamping Prabowo? Habiburokhman masih enggan menyebutkan namanya. Yang jelas, ada beberapa partai yang bergabung bersama Partai Gerindra. Ada PKS, PAN dan partai lainnya. “Nanti ditunggu pengumumannya,” ucapnya.
Poros ketiga
Selain nama Jokowi dan Prabowo, diprediksi akan muncul poros ketiga pada pilpres 2019. Potensi poros ketiga itu muncul dalam survei yang dirilis oleh Political Communication (PolcoMM) Institute kemarin (25/3). Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mempunyai kans kuat menjadi capres dari poros ketiga.
Riset yang dilakukan pada 18-21 Maret 2018 lalu itu melibatkan 1.200 responden. Mereka ditanya tentang berapa pasang calon yang sebaiknya bertarung sebagai capres – cawapres. Direktur Eksekutif PolcoMM Heri Budianto mengatakan sebanyak 41,15 persen responden menjawab sebaiknya dua pasang calon. Sedangkan 37,47 persen tiga pasangan. Sementara 13,50 persen menjawab tidak tahu dan 7,78 persen melawan kotak kosong.
Selain itu, kata Heri, pihaknya juga bertanya apakah poros ketiga akan terbentuk? Sebanyak 30,45 persen menjawab akan terbentuk, 20,19 persen tidak yakin akan terbentuk, dan mayoritas responden 49,36 persen menjawab tidak tahu. ”Kami juga tanya jika poros ketiga terbentuk siapa yang pantas menjadi capares,” ucap Heri saat mempresentasikan hasil surveinya di Hotel Alia, Cikini kemarin.
Menurut dia, sebesar 21,00 persen menilai AHY layak diusung sebagai capres poros ketiga. Kemudian disusul Zulkifli Hasan, ketua umum PAN sebesar 15,33 persen, mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo 12,33 persen, Mahfud MD 10,25 persen, dan Muhaimin Iskandar, ketua umum PKB 9,42 persen. (Selengkapnya baca grafis).
Siapa yang pantas menjadi calon wakil presiden (Cawapres) poros ketiga? 21,25 persen menyatakan Zulkifli Hasan layak menjadi cawapres, AHY (19,25), Gatot Nurmantyo (17,17), Muhaimin Iskandar (9,75), dan Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (8,33).
Heri mengatakan, estimasinya poros ketiga diusung Partai Demokrat, PKB dan PAN. Sedangkan poros kedua diusung Partai Gerindra dan PKS dengan capresnya Prabowo Subianto. “Suaranya cukup mengusung Prabowo,” kata dia. Sementara, poros pertama diusung lima partai, PDIP, Partai Golkar, PPP, Partai Hanura, dan Partai Nasdem yang mengusung Jokowi sebagai capres.
Dia menambahkan, jika salah satu dari tiga partai poros ketiga berpindah halungan, koalisi itu tidak akan terbentuk. Misalnya, PKB mengalihkan dukungan ke Jokowi atau Prabowo, maka tidak akan ada poros ketiga, karena suaranya tidak mencukup untuk mengusung capres sendiri.
Terkait akan munculnya poros ketiga, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Roy Suryo mengatakan, poros ketiga bisa saja terjadi. Tapi, yang paling besar kemungkinannya adalah dua poros. Begitu juga peluang AHY sebagai capres, semuanya mungkin saja terjadi. Apalagi sekarang putra pertama Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhyono (SBY) itu rajin keliling daerah. “Untuk mencari masukan dari masyarakat,” terang dia.
Menurut dia, saat ini AHY sebagai komandan satuan tugas bersama (Kogasma) bertanggungjawab menjaring aspirasi dan membesarkan partai. Untuk itu, dia berkunjung ke beberapa daerah.