JAKARTA – Sejak informasi skema baru penilaian atau scoring ujian seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN) diumumkan Sabtu (7/4) lalu, akun media sosoal panitia SBM PTN ramai menerima keluhan. Diantara keluhan yang banyak disampaikan adalah, informasi sistem baru penilaian itu dadakan dan mepet dengan jadwal ujian.
Sebagaimana diketahui ujian SBM PTN tahun ini dilaksanakan pada 8 Mei mendatang. Itu artinya pengumuman sistem baru penilaian SBM PTN dikeluarkan persis sebulan sebelum ujian berlangsung. Padahal SBM PTN tahun ini diluncurkan sejak 12 Januari.
Diantara yang menyampaikan keluhan informasi penting itu dikeluarkan dadakan adalah Alyssa Putri Maharani. ’’Perubahan sistem penilaian SBM PTN tahun ini saya rasa sangat mendadak,’’ tuturnya saat dikonfirmasi kemarin (10/4). Menurutnya idealnya informasi sepenting itu disampaikan dua bulan sebelum ujian. Bahkan jika perlu disampaikan di awal ketika SBM PTN diluncurkan oleh pemerintah.
Alyssa merasa sangat mendadak karena dia harus menyusun strategi baru untuk bisa menjawab soal SBM PTN dengan semaksimal mungkin. Dia mengatakan penilaian sistem baru agak merugikan peserta ujian. ’’Karena kan kita juga gak tau mana soal mudah, sedang, ataupun susah,’’ kata perempuan yang berniat mengambil jurusan ilmu komunikasi itu. Sebab sejak mengikuti informasi SBM PTN 2018, penilaiannya tetap menggunakan skema lama. Yakni benar dapat +4, tidak diisi 0, dan salah -1.
Sekretaris Panitia Pusat SBM PTN Joni Hermana mengatakan keinginan panitia terkait skema baru itu supaya peserta ujian mengerjakan semua soal dengan sebaik-baiknya. ’’Isi semua karena tidak ada nilai negatif (-1, Red),’’ katanya. Rektor ITS Surabaya itu menjelaskan untuk selebihnya, proses penilaian diserahkan kepada ahlinya.
Dia menjelaskan koefisien bobot nilai berkisar antara pada nilai lebih kecil atau sama dengan 1. Jadi untuk soal paling sulit, bobot nilainya adalah 1. Sehingga ketika tersedia 100 butir soal, nilai maksimumnya tidak akan 100 poin. Sebab diantara 100 butir soal itu ada soal yang mudah dan bobotnya kurang dari 1 tetapi tidak sampai minus.
Terkait keluhan bahwa waktu penyampaian informasi yang mepet, Joni mengatakan panitia sudah memperhitungkan waktunya. Dia menyebut informasi penting yang baru disampaikan itu tidak mepet. Sebab waktu menjelang ujian masih cukup panjang. ’’Mungkin peserta hanya khawatir. Selayaknya mereka yang akan menghadapi ujian pada umumnya,’’ jelasnya.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad mengatakan sistem baru penilaian SBM PTN itu telah mengikuti kajian mendalam. Dia mengatakan dengan sistem yang ada selama ini, bisa menghasilkan banyak kandidat dengan jumlah skor yang sama. Tetapi dengan skema baru ini, kecil kemungkinan adanya peserta SBM PTN dengan nilai yang sama.
Di dalam skema baru perhitungan SBM PTN ditetapkan bahwa seluruh jawaban akan dikumpulkan secara nasional. Untuk setiap butir soal ujiannya. Nanti panitia menganalisa soal tersebut. Misalnya untuk butir soal ujian nomor 10 secara nasional banyak yang menjawab salah, berarti soal tersebut kategori susah. Sehinga bobotnya 1. Sementara untuk butir soal nomor 15 secara nasional banyak yang menjawab benar, berarti itu soal yang gampang. Sehingga bobotnya kurang dari 1 tetapi tidak sampai minus.
Dengan cara tersebut, Intan mengatakan sebuah soal dikatakan sulit atau mudah bukan dari kacamata si pembuatnya. Tetapi dari kacamata siswa peserta SBM PTN seluruh Indonesia. Dia mengatakan skema baru ini merupakan salah satu perbaikan pelaksanaan SBM PTN.
(wan)