Para Pelaku Pengeboman dan Terduga Teroris di Mata Tetangga, Teman, dan Polisi (1)

Kamis 17-05-2018,00:00 WIB

Saat berpapasan tahun lalu, mereka juga masih bertegur sapa. Tapi, tahun ini Hanna mengaku belum sempat bertemu.

Seingat dia, sedari kecil Dita tidak pernah menunjukkan sikap ekstrem. Bahkan, dia tak pernah melihat Dita mengumpat.

Lalu, sejak kapan sikap Dita itu berubah? Tak ada yang benar-benar tahu. Pihak keluarga, saat ditemui Jawa Pos (Induk Jambi Ekspres)  pada Senin lalu, mengaku sudah dua tahun Dita tak pernah menjenguk sang ibu di Tembok Dukuh. Padahal, mereka masih tinggal sekota.

Kemarin rumah yang ditinggali ibu dan adik Dita terkunci. Tidak ada aktivitas yang terlihat di rumah yang juga menjadi tempat toko kelontong dan laundry itu.

’’Keluarganya sedang keluar, Mas. Kabarnya sedang mengurus jenazah Dita,’’ ujar Abdul Hamid, ketua RT 8 Tembok Dukuh.

Wakil Ketua RW 1 Kelurahan Tembok Dukuh Karyono menambahkan, ibu Dita shock setelah mendengar kelakuan anaknya. ’’Golek opo sih bocah kuwi?’’ kata Karyono menirukan sang ibu saat mengeluh.

Saat di Tembok Dukuh, tutur Karyono, Dita dikenal baik dalam keseharian. ’’Dulu pernah jadi ketua RT (8 periode, 2005–2010),’’ ungkap Karyono.

Istri Dita juga dikenal aktif memimpin ibu-ibu PKK RT menggagas pengobatan gratis. Meski begitu, Karyono juga mengakui bahwa tak ada satu pun warga yang benar-benar akrab dengan keluarganya.

(*/c5/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait