Seingat Sigit, ketertutupan Budhi terasa sejak dia tidak lagi mengajar di sebuah sekolah swasta. Budhi kemudian berbisnis.
Lulusan jurusan kimia perguruan tinggi negeri ternama di Surabaya itu mendirikan usaha jual beli detergen. Labelnya Al Biruuni. Detergen itu diproduksi sendiri.
’’Beliau itu dulu kuliah jurusan kimia. Jadi, ya nggak heran kalau kemudian memproduksi detergen,’’ katanya.
Nah, setelah menjalankan bisnis itulah, Budhi menjadi tertutup. Bahkan sangat tertutup. ’’Yang kami tahu, setelah menjalankan bisnis, beliau berniat menjual rumah dan mobilnya. Tapi tidak laku-laku,’’ papar Sigit.
Aktivitas Budhi yang terlihat warga setiap hari hanyalah mengantar sang istri kerja. Setiap pagi pukul 05.30 pada hari kerja.
Termasuk pada Senin pagi sebelum penggerebekan itu. Selepas pulang mengantar istrinya kerja itulah, baru Budhi digerebek Densus 88.
’’Kaget juga waktu ada beberapa mobil datang, lalu meminta kami masuk ke rumah. Apalagi, setelah itu ada tembakan,’’ ungkap Ari Mengah Mbewa, tetangga Budhi lainnya.
Memang, sebelumnya beberapa tetangga dimintai keterangan oleh polisi tentang Budhi. Tapi secara diam-diam. Sembari sang petugas pura-pura beli sesuatu di toko tetangga Budhi.
Para tetangga baru menyadarinya saat terjadi penggerebekan. Yang diawali dua tembakan. Kemudian disusul satu lagi tembakan.
Puluhan kilometer dari Sukodono, di kawasan Tembok Dukuh Gang V, Surabaya, keterkejutan juga dirasakan keluarga serta tetangga Dita Oepriarto. Sosok yang dikenal ramah itu bisa demikian tega mengajak istri dan empat anaknya menjadi pengebom bunuh diri.
’’Saya langsung loncat pas lihat foto dia sama keluarganya. Saya ke rumah Mbak Sum (Sumiyati, ibu Dita, Red) bilang Dita ngebom gereja saya,’’ ungkap Hanna Ningsih, tetangga masa kecil Dita.
Hanna pun langsung dipeluk keluarga Dita sambil menangis minta maaf. Sejak itu, perempuan 55 tahun tersebut langsung linglung. Benar-benar tak menyangka, pria yang tumbuh dekat rumahnya tersebut bisa berbuat seperti itu.
Dita yang mengendarai mobil sudah teridentifikasi sebagai pelaku pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno pada Minggu pagi lalu. Dua anak lelakinya, sembari menaiki motor, mengebom Gereja Santa Maria Tak Bercela di Ngagel Madya. Adapun sang istri yang mengajak dua anak perempuannya meledakkan diri di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro. Semua gereja itu di Surabaya.
Hanna masih ingat bagaimana Dita semasa masih mahasiswa suatu malam datang ke rumahnya. Bertanya tentang ilmu usaha percetakan. Dari sanalah, Dita mencetak dasarnya sebagai pengusaha percetakan.
’’Kalau ketemu saya, dia itu pasti nyapa akrab. Beberapa kali dia ke rumah buat minta bantu jual produknya. Pernah sari dele (kedelai), habatussaudah, sampai saya pernah ikut MLM gara-gara dia,’’ ungkapnya.