JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengundur pengumuman Ujian Nasional (Unas) SMP/MTS. Sebelumnya pengumuman akan dilaksanakan pada 23 Mei nanti. Namun Kemendikbud mengundur pengumuman menjadi tanggal 25 Mei.
Pengumuman pengunduran pengumuman hasil Unas tersebut terdapat di Instagram Kemendikbud. Dalam akunnya, terdapat foto surat edaran dari Badan Standara Nasional Pendidikan (BSNP). Kepala BSNP Bambang Suryadi membenarkan kabar tersebut. ”Benar diundur,”katanya saat dihubungi Jawa Pos (Induk Jambi Ekspres) kemarin (18/5).
Bambang mengatakan jika alasan pengunduran pengumuman itu supaya tidak jauh antara penyerahan hasil dan pengumuman kelulusan dari satuan pendidikan. ”Pengumuman di tingkat satuan pendidikan pada 28 Mei,”ucapnya.
Penyerahan hasil dari Panitia Tingkat Pusat ke Pantia Tingkat Propinsi juga diundur. Jika jadwa semula pada hari ini (18/5), penyerahan hasil dari Panitia Tingkat Pusat akan dilakukan pada 22 Mei. Ketika ditanya kenapa tidak bisa tepat waktu untuk diserahkan pada 18 Mei, Bambang hanya mengatakan jika hari ini kementerian libur. ”Besok (hari ini, Red) Sabtu, kementerian libur,”bebernya.
Dia menampik jika Panitia Tingkat Pusat belum menyelesaikan hasil Unas. Pengolahan di tingkat pusat sudah selesai. ”Tanggal 22 akan diserahkan ke dinas propinisi,” ucapnya.
Pengunduran pengumuman Unas SMP/MTS ini tidak akan mengubah jadwal penerimaan peserta didik baru (PPDB). ”Tidak terganggu karena pengumuman kelulusan dari satuan pendidikan tepat tanggal 28 Mei,”ujarnya.
Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno membenarkan pernyataan Bambang. Perubahan jadwal pengumuman ini bukan terkendala hal-hal teknis. ”Soal sinkronisasi penjadwalan saja,”ungkapnya kemarin.
Sementara itu komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyoroti kabar bahwa nilai unas akan kembali dijadikan pertimbangan kelulusan. Alasannya adalah nilai unas SMA sederajat tahun ini turun. Pemicunya siswa tidak bergairan belajar, sebab nilai unas tidak jadi penentu kelulusan. ’’Rencana membuat unas menjadi penentu kelulusan didasari dari premis yang lemah,’’ katanya.
Retno menegaskan nilai unas yang turun tahun ini, tidak bisa lantas disimpulkan gairah belajar siswa rendah atau menurun. Dia lebih menyoroti keberadaan soal ujian yang sulit atau higher order thinking skill (HOTS). Retno mengatakan siswa sudah belajar tekun jelang unas. Ternyata soal ujiannya tidak sesuai dengan yang dipelajari maupun diajarkan di kelas sehari-hari.
Dia berharap Kemendikbud mengkaji soal HOTS, ketimbang mengkaji untuk menjadikan unas sebagai penentu kelulusan. Menurut Retno soal HOTS itu harus penalaran yang didasari pada keseharian siswa. ’’Ada soal HOTS yang menyuruh siswa menghitung kadar NaCl dalam salju. Ini tidak kontekstual, karena siswa Indonesia tidak pernah berjumpa dengan salju,’’ jelasnya.
Retno khawatir bahwa soal yang disebut HOTS itu tidak didasari atas kajian yang mendalam. Soal yang kemudian ramai digunjing siswa di media sosial itu, asal mengambil dari soal PISA atau sejenisnya.
(lyn/wan)