JAKARTA - Kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) terus diwaspadai. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan, saat ini hampir di semua provinsi terdapat sel JAD. Baik sel kelompok teror yang aktif atau tidak aktif. Pembagian tugas menangani sel kelompok terorisme dibentuk.
Tito menuturkan, dengan adanya sel hampir di semua provinsi, maka diperlukan pembagian tugas. Untuk Densus 88 Anti Teror dimemantau sel aktif. Namun, untuk Polda menangani sel-sel yang tidak aktif atau tidur. ”Polda sudah saya instruksikan bentuk Satgas Anti Teror menangani ini,” terangnya.
Berkaca dari kejadian bom di Surabaya, aksi tersebut dilakukan sel terorisme yang tidak aktif. Pembagian tugas ini menjadi penting untuk memonitor semua sel tersebut. ”Sehingga sel yang sebenarnya sudah terpetakan ini benar-benar termonitor,” ungkapnya di ruang rupatama Mabes Polri kemarin.
Bagaimana tata kerja Satgas Anti Teror ini? Dia menuturkan bahwa terdapat unsure penyelidikan, penyidikan. Penindakan dan prventif dalam satgas tersebut. ”Namun tetap berkoordinasi dengan TNI ya,” paparnya.
Penegakan hukum ini perlu untuk diimbangi dengan bantuan Pemerintah Daerah. Khususnya untuk mengaktifkan kembali Forum Umat Beragama (FUB) di setiap daerah. ”Ini penting untuk menekan ideologi terorismer,” jelasnya.
Tentunya, pengaktifan ini memerlukan anggaran, kalau tidak ada anggaran akan tidak aktif. ”Bahaya yang muncul, ideology terorisme muncul,” ungkap jenderal berbintang empat tersebut.
Selanjutnya, terkait tiga pilar, yakni Polri, Kepala Daerah dan TNI. Menurutnya, perlu untuk dikumpulkan kembali agar bisa membahas bersama terkait terorisme. Polda yang telah mendapatkan data yang memantau sel tidak aktif bisa dishare bersama dengan tiga pilar. ”Berbagai agenda penting sedang dihadapi, perlu kerja keras semua pihak,” ungkapnya.
Untuk ramadan, dia menjelaskan bahwa momentum ini malah dianggap sebagai waktunya untuk melakukan amaliyah oleh kelompok teroris. ”Kita juga harus waspada saat malam takbiran,” paparnya.
Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menjelaskan, pemahaman untuk mencegah terorisme perlu untuk dipahami semua. Kontra ideologi terhadap pemahaman itu perlu segera dilakukan. ”Ya, menyerang pada pusat keyakinannya,” ujarnya.
(idr)